China pada Kamis (14/12/2023) menyatakan junta Myanmar dan aliansi milisi etnis minoritas sepakat melakukan gencatan senjata sementara dan melanjutkan dialog membahas perdamaian yang dimediasi China.
“China berharap pihak yang berkepentingan mau menahan diri secara maksimum dan bersama mewujudkan situasi kondusif di Myanmar,” kata Kementerian Luar Negeri China, beberapa hari setelah tiga kelompok milisi bersumpah akan melanjutkan perjuangan menumbangkan junta dalam serangan besar-besaran yang dilancarkan akhir Oktober lalu.
Pembicaraan damai itu sudah digelar di China baru-baru ini, kata Mao Ning Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip Antara.
Serangan yang terjadi bersamaan dengan serangan kelompok-kelompok etnis lain dan pasukan bersenjata pro demokrasi, menjadi tantangan terbesar junta sejak mereka menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis, lewat kudeta Februari 2021.
Aliansi Tiga Persaudaraan, yang terdiri dari kelompok-kelompok pemberontak dari etnis Kokang, Palaung dan Rakhine yang berbasis di Negara Bagian Shan, pada Selasa menyatakan tak akan berhenti mendukung “ambisi politik” rakyat Myanmar, yang telah ditindas oleh militer, kata media setempat.
Pernyataan aliansi tersebut muncul setelah juru bicara junta pada Senin mengaku telah melakukan pembicaraan yang dimediasi China demi gencatan senjata bersama milisi-milisi etnis.
Aliansi berhasil menguasai lebih dari 200 posisi militer, termasuk beberapa kota di Shan dan Negara Bagian Rakhine di bagian barat Myanamr, sejak mereka menggelar ai “Operasi 1027” yang mereka lancarkan pada 27 Oktober.
Myanmar memiliki lebih dari 130 kelompok etnis minoritas yang tersebar di tujuh negara etnis utama.(ant/iss)