Jemaah haji yang mengikuti ibadah Tarwiyah mulai bergerak dari Mina menuju Arafah, Arab Saudi, Selasa pagi (27/6/2023).
Ustadz Dimas Sukiran Ketua Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Roudhotul Aalamiin Surabaya menjelaskan bahwa ada jemaah yang akan bergerak dengan bus, ada juga yang dengan jalan kaki.
“Ada (jemaah) yang naik bus disebut dengan Roqiban. Kemudian yang jalan kaki dari Mina menuju Arafah disebut dengan Masian,” kata Ustadz Dimas, Selasa (27/6/2023).
Untuk 181 jemaah dari KBIH Roudhotul Aalamiin, sambungnya, semuanya Roqiban, karena banyak yang sepuh (lansia). Artinya, pergerakan dari Mina ke Arafah akan naik bus.
Setelah sampai di Arafah, jemaah akan menempati tenda dari pemerintah. Jemaah kemudian akan mempersiapkan diri dan sarapan pagi di sana. Selanjutnya wukuf akan dilakukan pukul 12 siang WAS di Arafah.
“Jadi pagi sampai jam 12 belum prosesi inti. Masih prosesi persiapan-persiapan saja, di antaranya sarapan dan berkemas-kemas diri, agar jemaah saat prosesi puncak bisa siap melaksanakan wukuf,” ujar Ustadz Dimas.
Adapun persiapan-persiapan dari sisi jemaah haji, tuturnya, yaitu kesiapan dan kesehatan rohani yang harus betul-betul puncak, misalnya telah wudhu. Jemaah yang datang bulan tidak masalah tidak wudhu, namun bagi yang tidak datang bulan sebaiknya sudah wudhu.
Selain persiapan wukuf, Ustadz Dimas juga menjelaskan tentang hal-hal yang bisa dilakukan jemaah haji di Arafah dan keluarga haji yang di Indonesia saat wukuf belangsung.
“Di akhir wukuf, sekitar menjelang Maghrib, berarti di Indonesia sekitar pukul delapan malam. Nanti para jemaah diberi kesempatan untuk berdoa. Jemaah di Indonesia bisa berdoa dan diamini oleh anggota keluarga jemaah haji di Arafah, atau sebaliknya yang berdoa itu keluarga yang berangkat haji tahun ini, posisi di Arafah, posisi wukuf bisa mengamini mereka yang ada di rumah (Indonesia),” bebernya.
Menurut Ustadz Dimas, hal ini dilakukan agar satu irama dan nada secara spiritual. (ipg/bnt/iss)