Jumat, 22 November 2024

Jemaah Haji Diminta Jaga Kondisi Sebelum Armuzna

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Dokter Tri Susandhi Juliarto mengimbau jemaah haji Indonesia untuk selalu menjaga kesehatan menjelang pelaksanaan Armuzna. Foto: Bintang Suara Surabaya

Jemaah haji Indonesia yang sudah berada di Makkah diimbau untuk cerdik mengelola tenaga dan menjaga kesehatan. Sebelum pelaksanaan Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) pada 27 Juni mendatang.

Jemaah haji Indonesia yang sebelumnya berada di Madinah, sudah berdatangan ke Tanah Haram mulai 1 Juni 2023 lalu. Berbeda dengan di Madinah, ritual ibadah di Makkah cenderung lebih santai.

“Target ibadah di Madinah dan Makkah itu berbeda. Kalau di Madinah, harinya terbatas. Kurang dari sembilan hari. Juga ada target Arbain, yakni 40 kali salat wajib berjamaah di Masjid Nabawi. Itu membuat jemaah berpacu untuk mencapai target,” kata dr. Tri Susandhi Juliarto salah satu Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) bidang Kesehatan kepada Bintang Rahmadani Suara Surabaya di Makkah, Senin (5/6/2023).

Situasi ini membuat jemaah memaksakan diri untuk selalu hadir guna menunaikan salat wajib di Masjid Nabawi. Itu yang membuat rangkaian ibadah di Madinah terasa lebih capek. Sebab waktunya memang pendek.

“Petugas kesehatan pun merasakan bagaimana pressure dan tanggung jawab di sana lebih berat,” ujar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Pamekasan itu.

Para petugas kesehatan Indonesia yang sedang piket di ruang posko kesehatan di Hotel 509 Makhtab 29. Foto: Bintang Suara Surabaya

Sedangkan situasi di Makkah saat ini lebih santai. Sebab ibadah salat fardu tak harus dilakukan di Masjidil Haram. Salat wajib bisa dilaksanakan secara berjemaah di hotel atau masjid terdekat. Guna menghemat energi. Serta memulihkan kondisi jika badan sedang tidak fit.

“Waktu terbaik untuk salat ke Masjidil Haram itu Magrib dan Isya. Di mana cuaca sudah familier. Subuh boleh sekali tempo. Kalau Zuhur dan Asar mungkin di hotel atau ke masjid di dekat hotel,” terang dokter umum di RSUD Mohammad Noer Pamekasan itu.

Ia meminta jemaah haji Indonesia untuk memahami mana ibadah yang menjadi rukun haji dan mana ibadah sunah. Jika ada keterbatasan atau risiko, maka ia berharap jemaah bisa bersikap bijaksana.

“Yang sunah mungkin tidak terlalu dipaksakan. Bukan berarti mengesampingkan. Namun jemaah juga harus mengelola tenaga untuk yang rukun wajibnya haji,” terangnya.

Menurut dr. Tri Susandhi, jemaah haji memiliki waktu beberapa pekan untuk bersiap menghadapi Armuzna pada 27 Juni nanti. Dengan sisa waktu yang ada, ia berharap jemaah bisa menyiapkan fisik, mental, hingga spritual.

“Semua orang mendambakan Arbain di Madinah, tetapi itu masih jauh dari Armuzna. Kalau jemaah habis di awal, maka punya risiko habis di Armuzna,” ungkapnya. (saf/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs