Menjelang puasa Ramadan, masyarakat Surabaya menjalankan tradisi ziarah kubur atau nyekar, untuk menghormati serta mendoakan keluarga yang telah tiada.
Rudi Hartono Petugas Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngagel Rejo Surabaya menyatakan, kegiatan ziarah saat ini lebih ramai dibanding tahun sebelumnya, karena menurutnya, pandemi sudah tidak tinggi seperti tahun lalu.
“Mulai lima hari yang lalu di sini ramai, kemudian h-2 kemarin sama sekarang ramai, ada sekitar ratusan orang, belum lagi nanti sore,” ucapnya kepada suarasurabaya.net pada Rabu (22/3/2023).
Ia mengatakan, kegiatan nyekar itu akan kembali ramai jika memasuki satu minggu akhir bulan puasa, atau menjelang hari raya idul fitri.
“Karena tradisi setiap tahun seperti ini, jadi ada momen-momennya,” ungkapnya.
Sementara itu, Quni Fatunnikmah warga Gubeng Jaya Surabaya yang hari ini melangsungkan ziarah kubur di TPU Ngagel Rejo menyatakan, senang bisa kembali nyekar dengan situasi bebas setelah pandemi.
“Kemarin juga dateng untuk nyekar, tapi tetap prokes. Terus kalau sekarang lebih dibuka itu lebih senang, semua bisa nyekar, lebih ramai,” ungkapnya.
Menjelang ramadan, kata Quni, ia selalu menyempatkan ziarah kubur, karena selain untuk mengirimkan doa, ia juga berupaya untuk memberikan pembelajaran kepada anak-anaknya, agar tahu tradisi tersebut.
“Kegiatan rutin sambil ngajari anak-anak, ya nanti kalau meninggal biar ada penerusnya dan kasih tahu neneknya di sini, jadi mendoakan terus,” ucapnya.
Ia juga berharap agar tradisi ziarah kubur itu dapat dilakukan oleh keluarganya secara turun temurun.
“Berdoanya di rumahnya iya dan di sini juga iya, biar tahu kalau aslinya itu di sini loh, ya kebetulan mbahnya asli Surabaya,” ucapnya.
Sedangkan Nur Yanto suami Quni Fatunnikmah menyatakan, meskipun saat ini dapat melangsungkan ziarah dengan lebih terbuka, ia menyatakan tetap berjaga untuk kesehatan.
“Seneng lihatnya, karena nyekar sekarang sudah normal lagi, tapi tetap jaga sendiri-sendiri, masker tetap bawa,” pungkasnya.(ris/ihz/ipg)