Hari Tanpa Kantong Plastik Sedunia, Senin (3/7/2023) jadi momen Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk menggalakkan terus kampanye pengurangan sampah itu.
Agus Hebi Djuniantoro Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya menjelaskan sudah menerjunkan tim yustisi yang bergerak sejak Minggu (2/7/2023) malam, ke pasar-pasar tradisional yang masih mengandalkan kantong plastik.
“Mulai malam kemarin saya perintahkan. Itu harus dilakukan. Paling tidak, ada grebek penggunaan kantong plastik lah. Lama-lama akan terbiasa. Tapi, menimbulkan kebiasaan itu butuh waktu. Tapi tetap kita jalan. Kalau nggak jalan, tetap ada jalan di tempat,” bebernya kepada suarasurabaya.net, Senin (3/7/2023).
Hebi melanjutkan, dari total sekitar 1.600 ton sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo Surabaya, 22 persen lebih di antaranya merupakan sampah plastik. Jika dihitung, ada 352 ton lebih sampah plastik dalam sehari.
Meski demikian, diakui penerapan Peraturan Wali Kota Surabaya (Perwali) Nomor 16 Tahun 2022 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di Kota Surabaya, bisa mereduksi jumlah sampah plastik.
“(22 persen lebih itu) sebelum (ada Perwali). Jadi sekarang kemungkinan turun, cuma belum signifikan. Hanya satu sampai dua ton per hari dari total 1.600 ton sampah yang ada,” terangnya.
Menurutnya, belum masifnya penurunan karena baru pasar dan toko modern yang mematuhi Perwali itu. Sisanya, terutama pasar tradisional belum ikut menggalakkan.
Untuk itu, Hebi menarget pengurangan sampah plastik fokus terlebih dahulu pada peralihan kantong plastik menjadi kantong kain sebagai alternatif pengganti.
“Harusnya ada tanggung jawab produsen yang dimasukkan UU atau apa yang bisa menekan plastik ini. Tapi, sementara yang kita tekan kantong plastik dahulu saja. Yang kresek-kresek, sesuai perwali di Surabaya,” ujarnya lagi.
Ia berjanji terus menggerakkan kampanye pengurangan sampah kantong plastik, tanpa menghambat perputaran ekonomi masyarakat. Namun, Hebi minta juga pedagang pasar tradisional ikut mengedukasi pembeli untuk membawa kantong kain sendiri.
“Mereka sebenarnya itu, tanpa menggunakan kantong plastik kemudian warga sudah tahu bahaya plastik akan menguntungkan pedagang. Karena (pedagang) tidak perlu menyediakan (kantong kain) itu. Kemudian, efeknya UMKM yang buat tas jadi laku,” tandasnya. (lta/bnt/bil/rst)