Jumat, 22 November 2024

Guru Besar FK Unair: Deteksi Dini Penyakit Jantung Penting untuk Cegah Kematian Mendadak

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Johanes Nugroho Eko Putranto (kanan) Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) dalam konferensi pers pra pengukuhan guru besar Unair di Gedung Rektorat Unair, Rabu (20/9/2023). Foto: Risky suarasurabaya.net

Johanes Nugroho Eko Putranto Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) menyebut penyakit jantung dan arteri perifer merupakan masalah kesehatan serius yang harus mendapat perhatian lebih.

Saat ini, kata dia, sekitar 202 juta orang di dunia menderita penyakit arteri perifer. Prevalensi penyakit tersebut pada individu berusia sekitar 40 tahun 4,3 persen, sedangkan usia sekitar 70 tahun 14,5 persen.

“Di Indonesia sendiri, prevalensi penyakit arteri perifer 9,7 persen seperti dilaporkan pada A Global Atherothrombosis Assessment (Agatha) yang dilakukan oleh American Society of Cardiology pads tahun 2006, di mana Indonesia menjadi subjek penelitian bersama 24 negara lainnya,” ucapnya dalam orasi pengukuhan guru besar di Unair, Kamis (21/9/2023).

Penyakit tersebut, kata dia, terjadi ketika arteri tubuh mengalami penyempitan akibat penumpukan lemak atau aterosklerosis. Hal itu dapat mengganggu aliran darah ke seluruh tubuh, dan dapat menyebabkan gejala nyeri kaki hingga kram yang bisa berakibat amputasi ketika sudah parah.

“Apabila masyarakat menemukan gejala tersebut, maka segera konsultasi ke dokter jantung dan pembuluh darah,” tuturnya.

Kata Prof. Johanes, ada juga yang tidak merasakan gejala, sehingga sulit untuk dilakukan deteksi. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya check up secara rutin bagi masyarakat yang mempunyai faktor risiko.

“Selain itu, penyakit tromboemboli juga harus diwaspadai. Ini dapat terjadi pada arteri dan vena yang menyebabkan penyakit stroke iskemik, serangan jantung koroner dan iskemik tungkai akut,” ujarnya.

Keterlambatan diagnosis dalam kasus penyakit tersebut, kata dia, memiliki konsekuensi serius dan emboli paru-paru yang mengancam nyawa.

“Dalam banyak kasus, pasien datang dengan kondisi yang sudah cukup parah, sehingga membuat penanganan menjadi lebih sulit,” ucapnya

Oleh karena itu, ia menegaskan, deteksi dini menjadi kunci menghindari komplikasi yang lebih buruk.

“Deteksi dini dan terapi yang agresif sangat penting untuk mencapai perbaikan klinis dan mencegah komplikasi,” pungkasnya. (ris/bil/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
35o
Kurs