Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa di langit Indonesia akan alami fenomena gerhana matahari hibrida pada 20 April 2023 mendatang.
Dr. Johan Muhamad, M.Sc Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN mengatakan, gerhana matahari hibrida adalah gerhana matahari yang tampak dari sebagian wilayah bumi sebagai gerhana matahari total, tetapi di bagian wilayah lain tampak sebagai gerhana matahari cincin.
“Gerhana matahari yang akan terjadi pada 20 April 2023 di wilayah Indonesia merupakan gerhana yang sangat spesial karena berupa gerhana matahari hibrida yang jarang terjadi,” katanya, Selasa (31/1/2023).
Ia menjelaskan, gerhana matahari hibrida akan teramati sebagai gerhana matahari total di wilayah Indonesia bagian timur, sementara di daerah Indonesia lainnya akan teramati sebagai gerhana matahari parsial.
Gerhana matahari itu juga akan teramati sebagai gerhana matahari cincin di wilayah selatan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Pada gerhana matahari tersebut lintasan bayangan inti bulan di permukaan bumi akan melewati sebagian wilayah Indonesia bagian timur.
“Durasi gerhana matahari total di titik itu berlangsung selama 1 menit 16 detik,” katanya.
Sebagian besar lintasan jalur gerhana matahari melewati wilayah lautan, seperti Laut Timor dan Laut Banda. Sedangkan wilayah daratan yang dilalui jalur gerhana matahari total, yaitu sebagian Timor Leste dan beberapa daerah di Papua Barat.
BRIN menyampaikan beberapa wilayah yang akan dilalui gerhana matahari hibrida adalah Kabupaten Fakfak, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Kepulauan Yapen, dan lain-lain.
Prakiraan penampakan gerhana matahari total tersebut berada di Biak, Provinsi Papua, yang dimulai pada pukul 12.20 WIT. Puncak gerhana terjadi pada pukul 13.57 WIT.
Sedangkan di Jakarta, gerhana matahari sebagian dimulai pada pukul 09.29 WIB dan puncaknya pada 10.45 WIB.
“Kita bisa mengamati gerhana matahari dengan aman yaitu menggunakan teleskop yang dilengkapi filter matahari, kacamata khusus gerhana matahari, kamera DSLR lensa telefoto yang dilengkapi filter matahari dan melalui kamera lubang jarum,” kata Johan.
“Ingat, kita tidak boleh melihat matahari secara langsung tanpa menggunakan filter khusus matahari,” katanya.
Dilaporkan Antara, Johan menyampaikan bahwa gerhana matahari dapat menjadi fenomena yang menarik bagi peneliti-peneliti di Indonesia untuk melakukan riset-riset terkait gerhana, seperti pengamatan korona matahari, pengukuran efek lensa gravitasi, pengaruh gerhana matahari terhadap kondisi ionosfer dan atmosfer, serta pengaruh gerhana matahari terhadap perilaku makhluk hidup.
Gerhana matahari hibrida juga bisa menjadi sarana edukasi bagi masyarakat Indonesia khususnya anak-anak untuk mempelajari sains.
“Selain itu, gerhana matahari dapat menarik banyak wisatawan domestik dan mancanegara untuk mengunjungi spot-spot wisata yang menawarkan prospek pengamatan gerhana,” pungkas Johan Muhamad.(ant/ihz/ipg)