Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza pada Rabu (11/10/2023) memperingatkan telah terjadi gangguan layanan kesehatan di seluruh Jalur Gaza lantaran rumah sakit kehabisan tempat tidur untuk menampung korban luka akibat serangan Israel.
“Rumah sakit kehabisan tempat tidur. Korban luka dan pasien terbaring di lantai akibat serangan Israel yang semakin brutal,” kata kementerian.
Melansir Antara, Menurutnya, Israel masih memutus jaringan listrik, air dan bahan bakar yang menimbulkan bahaya terhadap nyawa korban luka dan pasien, bahkan berpotensi menyebabkan bencana kesehatan dan lingkungan yang parah.
“Kami menganggap pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas nyawa para korban luka dan pasien, sebab pendudukan telah menguras sistem kesehatan dan melemahkan kapasitasnya,” katanya.
Kemenkes Palestina memperingatkan bahwa situasi kesehatan di Gaza “tidak bisa didiamkan begitu saja” dan “harus ada aksi darurat untuk menjamin pasokan medis aman”.
Pengumuman otoritas kesehatan Gaza itu muncul di tengah gempuran Israel di Gaza semakin brutal, yang menyebabkan ribuan orang membutuhkan layanan kesehatan dan medis.
Pada Senin (9/10/2023) Yoav Gallant Menteri Pertahanan Israel menginstruksikan “pengepungan total” di Jalur Gaza di tengah pertempuran dengan kelompok Hamas Palestina.
Hamas meluncurkan Operasi Badai Al-Aqsa pada Sabtu pagi dengan menembakkan serentetan roket dan menyusup ke Israel melalui jalur darat, laut dan udara.
Menurut Hamas, serangan mendadak itu sebagai balasan atas penyerbuan terhadap Masjid Al Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan meningkatnya kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Israel kemudian membalasnya dengan meluncurkan Operasi Pedang Besi terhadap Hamas.
Hampir 1.200 warga Palestina dan 1.300 warga Israel meninggal sejak awal konflik Palestina-Israel.(ham/faz)