Sabtu, 23 November 2024

Gadis Disabilitas Penjual Peyek Ingin Tuntaskan Pendidikan Setelah Ayah Meninggal

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Cyntya Afrianti Amala, remaja 17 tahun asal Kendangsari Gang VII Sekolahan Surabaya masih terbaring di rumah sakit sehari pascakepergian sang ayah, Jumat (25/8/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net Cyntya Afrianti Amala, remaja 17 tahun asal Kendangsari Gang VII Sekolahan Surabaya masih terbaring di rumah sakit sehari pascakepergian sang ayah, Jumat (25/8/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Cyntya Afrianti Amala gadis asal Kendangsari Gang VII Sekolahan Surabaya harus terus merajut mimpi menuntaskan pendidikan hingga perguruan tinggi meski sumber semangatnya, sang ayah, tutup usia.

Sambil terbaring di atas tempat tidur rumah sakit, gadis 17 tahun itu memaksa diri pelan-pelan merangkai lagi mimpinya untuk sekolah hingga perguruan tinggi, tepat sehari setelah kepergian sang ayah.

Andi Siswoto (49 tahun) menghembuskan napas terakhirnya Kamis (24/8/2023) pukul 21.24 WIB malam.

Cyntya bersyukur masih sempat memejamkan mata almarhum ayahnya sebelum dimandikan dan dimakamkan.

Meski kesedihan tak bisa dipungkirinya karena kesehatannya yang menurun dan harus dirawat di rumah sakit, sehingga tidak bisa mengantar almarhum ayah hingga ke tempat peristirahatan terakhir.

“Senin jam 10 pagi, ada dokter yang datang ke rumah (kos) untuk bawa ayah karena kondisinya harus dirawat sakit kanker esanasofaring sejak 2019 semakin memburuk. Aku disuruh ikut sekalian, mau dioperasi nanti Selasa. Awalnya sekamar sama ayah tapi terus dipindah. Jadi waktu ayah meninggal aku lihatnya ke ruang forensik bantu memejamkan mata ayah,” urainya ditemui suarasurabaya.net, Jumat (25/8/2023).

Namun ia yakin ayah kesayangannya sudah tenang di sisi-Nya dan akan berusaha mengikhlaskan kepergian ayahnya.

“2019 ayah mulai sakit dan hasil diagnosis dokter, kanker nasofaring. Sariawan satu mulut, langitnya berlubang. Ayah parah itu mulai tahun 2023 setelah opname berhari-hari di rumah sakit,” terangnya.

Ia masih teringat perjuangannya membantu ibu yang hanya bekerja sebagai pegawai konveksi. Cyntya harus berjualan peyek di jalanan sambil merangkak karena kelainan kaki yang diderita sejak lahir, demi mendapat rezeki.

Kini, alasannya melanjutkan jenjang SMA dengan paket C karena merawat sang ayah ketika ibu bekerja sudah tidak lagi berarti. Ia harus melanjutkan mimpinya sekolah tinggi dan meraih cita-cita.

“Aku masuk SMA bulan Juli 2023. Ambil Paket C alasanku jaga ayah yang gak bisa ngapa-ngapain, cuma di tempat tidur kalau ibu kerja, adik sekolah, jadi cuma ada aku. Sekarang, ayah gak ada. Aku juga gak mengutamakan lagi alasan itu. Jadi ada rencana menyelesaikan kelas 10 terus dapat ijazah baru pindah ke sekolah formal,” tutur Cyntya.

Ia ingin sekali, kelak mimpinya lulus sekolah dengan nilai terbaik, dan bisa melanjutkan perguruan tinggi akan terwujud. Apalagi menjadi dokter demi bisa membantu orang membutuhkan seperti ayahnya yang sakit sebelum meninggal.

“Syukur-syukur bisa buka usaha sendiri. Rencananya mengembangkan peyekku. Nggak merangkak lagi, tapi dititipkan di toko. Gol-nya beli rumah,” ujarnya.

Ia hanya bisa berdoa mendapat keajaiban Tuhan agar bisa berjalan layaknya orang normal. Sebab, secara medis, operasi kakinya hanya mampu mengembalikan postur tapi kecil kemungkinan bisa berjalan.

“Dokter hanya melakukan yang bisa dilakukan. Sedikit mengubah yang bisa diubah dibentuk semestinya. Prinsipku sekarang, ya sama seperti dokter. Aku lakuin yang bisa kulakuin,” ucapnya.

Usai operasi dan pulih, ia akan kembali tinggal bersama Sumiyati (47 tahun) ibunya dan adiknya di kamar kos yang sebelumnya ditinggali berempat dengan almarhum ayah.

Hanya itu tempat tinggal satu-satunya yang masih bisa jadi tempat pulang bagi Cyntya yang belum punya hunian tetap.

“Kakak ada sudah menikah tinggal di tempat lain. Tinggal saya, ibu, sama adik,” imbuhnya.

Meski setiap bulan hampir Rp600 ribu yang harus dibayarkan untuk kebutuhan tempat tinggal kamar, listrik, dan air.

“Sejak video aku jual peyek merangkak viral di sosial media oleh komunitas itu, alhamdulillah ada aja rezeki yang datang. Aku bahkan sudah bayar kos sampai dua tahun ke depan,” imbuhnya.

Kisah Cyntya terungkap ke publik, pasca viral di sosial media. Rekaman video yang memotret ia ketika berjualan peyek sambil merangkak menuai simpati banyak pihak termasuk Pemkot Surabaya. Tak lama usai videonya viral, pemkot pun datang dan memberikan sejumlah bantuan. (lta/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs