Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) membentuk platform khusus mewadahi lulusan pelajar usia produktif hingga pengangguran sebagai penerapan smart city.
Reni Astuti Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya menilai, pengentasan pengangguran belum berbasis smart city. Menyadur data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari tahun ke tahun belum signifikan.
“Pada 2018 6,12 persen, pada 2019 5,76 persen, pada 2020 9,79 persen, pada 2021 9,68 persen, dan pada 2022 7,62 persen,” kata Reni, Kamis (2/11/2023).
Menurutnya, upaya yang selama ini berjalan seperti meminta warga datang ke kelurahan atau kecamatan ketika butuh pekerjaan, belum efektif.
“Itu tradisional. Era anak-anak tidak begitu. Bursa kerja itu penting tapi tidak harus menunggu itu untuk anak tahu, kapan kesempatan kerja itu,” tegasnya.
Fungsi platform atau aplikasi khusus menurutnya untuk memudahkan monitoring kondisi anak muda di Surabaya usia produktif sejak lulus jenjang SMA.
“Jadi, kalau anak lulus SMA bisa update data dirinya. Yang tidak kuliah sedang apa, ditunjukkan passion dia apa. Dipasangkan dengan data kemiskinan. Sehingga bisa tahu mana yang tidak punya aktivitas, atau skill,” bebernya.
Termasuk memberikan informasi soal pelatihan, program Padat Karya milik Pemkot, juga informasi perusahaan yang mencari pegawai dalam satu aplikasi yang notifikasinya bisa diakses masing-masing orang.
“Anak muda itu tidak boleh hanya jadi objek kebijakan, tapi juga subjek. Ketika pemerintah tahu kondisi anak muda di wilayahnya, maka bisa disertakan dengan passion dan kekurangan,” tuturnya.
Reni mendorong solusi itu bisa jadi opsi melihat Surabaya sebagai smart city.
“Kalau bicara kemiskinan harus ada inovasi. Tidak cukup dengan data terkumpul. Tapi (data) itu jadi input (masukan) pemerintah untuk pengambilan kebijakan,” imbuhnya.
Sekaligus memudahkan pemkot memberikan intervensi tepat sasaran sesuai kebutuhan masing-masing anak.
“Jadi nanti kelihatan. Anak lulus SMA mau kuliah, tidak punya biaya bisa (diberi) beasiswa. Yang pengin kerja tidak punya skill diberikan (pelatihan) bisa kerja. Kalau itu berhasil Surabaya akan mengakselerasi Surabaya Emas 2045 dan Surabaya bisa jadi percontohan (bagi kota lain),” tandasnya. (lta/saf/ham)