Jumat, 22 November 2024

Doktor ITS Gagas Algoritma Deteksi Lokasi Epilepsi di Otak Pertama Kalinya di Indonesia

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Dwi Sunaryono dosen ITS saat menjelaskan peneliannya di Departemen Teknik Informatika ITS, Rabu (6/9/2023). Foto: ITS

Dwi Sunaryono dosen Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, berhasil meggagas algoritma deteksi lokasi epilesi di otak untuk pertama kalinya di Indonesia.

Dosen mata kuliah Dasar Pemrograman itu menjelaskan, epilepsi merupakan penyakit langka yang disebabkan karena tidak normalnya fungsi salah satu titik pada bagian otak, sehingga dalam penyembuhannya diperlukan metode yang cepat dan tepat.

“Di samping sebagai penyakit yang membahayakan keselamatan manusia, epilepsi juga sebagai salah satu penyakit yang metode penyembuhannya tidak cukup apabila hanya ditangani dengan obat,” ucapnya, Rabu (6/9/2023).

Oleh karena itu, menurutnya dibutuhkan pendeteksi lokasi sumber epilepsi yang otomatis dengan akurasi yang lebih tinggi, sehingga perlu diintegrasikan penggunaan alat Electroencephalogram (EEG) dengan Artificial Intelligence (AI) untuk menjawab persoalan tersebut.

Dia menjelaskan bahwa EEG merupakan alat yang difungsikan untuk merekam segala aktivitas kelistrikan otak, yang menghasilkan output berupa sinyal frekuensi.

Melalui alat tersebut, sinyal terekam dari berbagai pergerakan manusia dan suara yang timbul, baik secara sadar ataupun tidak. Hal itu meliputi Eye Movement (EYEM) akibat dari pergerakan mata, Artifact (ARTF) yang salah satunya dapat timbul karena suara mesin EEG, serta Background (BCKG) yang tidak memiliki arti dalam bentuk sinyalnya.

“Dari beragam sinyal itu, kemudian perlu dideteksi adanya sinyal yang merujuk pada Interictal Epileptiform Discharge (IED) yang menjadi tanda ada yang tidak normal di otak, seperti karena epilepsi. Dengan ciri sinyal yang melonjak tajam, lalu menurun dan naik secara konstan mendatar. Maka, perlu untuk memproses apakah sinyal dari EEG ini terindikasi sinyal IED, sehingga bisa ditentukan lokasinya melalui algoritma yang digagas tersebut,” ujarnya.

Penelitian yang dikemas dalam algoritma otomatis EEG ini pun menunjukkan hasil yang sesuai dengan diagnosa lokasi epilepsi oleh dokter neurologi dan ahli bedah dari RSUD dr. Soetomo, Surabaya.

“Semoga dapat diimplementasikan lebih lanjut pada bidang kedokteran. Sebab nyawa manusia merupakan taruhan apabila terjadi sedikit kesalahan pada diagnosa titik koordinat IED yang menyebabkan epilepsi,” pungkasnya. (ris/bil)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs