Dalam peringatan Hari Kanker Sedunia (HKS) yang jatuh pada 4 Februari hari ini, terungkap kalau sebagian besar persoalan penyakit tersebut masih seputar kelalaian melakukan deteksi dini.
Dokter Ari Baskoro Konsultan Bidang Imunologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengatakan, seringkali pengidap kanker baru mengetahui soal penyakitnya itu saat sudah memasuki stadium lanjut.
“Memang kalo dari data kedokteran saat ini, hampir 70 persen ketahuannya saat diagnosanya dan itu pun sudah stadium lanjut. Jadi deteksi dini yang masih jadi kendalanya,” ujar Ari kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (4/2/2023).
Dia mengatakan, kebanyakan penderita kanker dulunya sering abai saat merasakan keanehan pada tubuhnya, seperti tumbuh benjolan pada bagian tertentu. Padahal, kondisi tersebut menurutnya harus secepatnya untuk diperiksakan.
“Kita harus lebih menyadari untuk sering melakukan general check up, terutama bila ada keluhan. Keputihan di perempuan jagnan dianggap remeh, demikian juga untuk laki-laki kalau suara serak dan ada batuk lama tak kunjung sembuh, segera diobati dan di cek,” ungkapnya.
Apalagi, kata Ari, saat ini kanker prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun karena pengaruh gaya hidup. Untuk itu, selain check up dia meminta masyarakat untuk lebih menjaga pola hidup sehat-nya.
Selain itu mengikuti vaksinasi HPV (human papillomavirus) juga sangat penting, mengingat virus tersebut juga merupakan salah satu penyebab kanker.
Dokter spesialis penyakit dalam dr Soetomo Surabaya itu juga menjelaskan, kalau pengobatan kanker yang maksimal saat ini masih belum merata. Penyebabnya, karena dokter spesialis di bidang tersebut jumlahnya masih minim.
Kemudian biaya pengobatan untuk kanker jumlahnya masih sangat besar. Hal tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di seluruh dunia.
Untuk itulah, “Close The Care Gap” sebagai tema HKS tahun ini punya maksud mengajak semua pihak menutup kesenjangan dalam perawatan kanker sesuai perannya masing- masing. Salah satunya dengan melakukan cek up minimal satu tahun sekali untuk deteksi dini.
“Paling tidak sekarang ini kita makin sadar lah kalau resiko kanker bisa kena ke siapa saja, baik pria maupun wanita,” terangnya.(bil/iss)