Ady Setyawan pendiri komunitas sejarah Roodebrug Soerabaia akan terlibat debat di Gedung deBalie Amsterdam, Belanda pada Kamis, 9 November 2023 besok.
Mewakili sejarawan Tanah Air dan Kota Surabaya, Ady yang berangkat ditemani anak dan istrinya itu akan membeberkan bukti-bukti terkait pertempuran Surabaya dan menepis tuduhan-tuduhan atas Bung Tomo sebagai penjahat perang dan pelaku pembantaian di Balai Pemuda oleh sejarawan Belanda.
Sebelumnya, peristiwa Simpang Balai Pemuda Surabaya dikenal dengan tempat pembantaian oleh sejarawan Belanda. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1945, atau setelah perobekan bendera di Hotel Yamato Surabaya, yang saat ini dikenal Hotel Majapahit.
Kata Ady, sejarawan Belanda selama ini keliru mengartikan perjuangan Arek-Arek Suroboyo melawan para penjajah dan sekutu. Termasuk, tuduhan tak berdasar kepada Bung Tomo sebagai penjahat perang, yang selama ini kita kenal sebagai tokoh kemerdekaan asal Surabaya.
“Selama ini kan orang historiografi Belanda nulis seperti itu, Indonesia nulis seperti ini, yaudah begitu aja. Tetapi belum pernah dihadapkan face to face. Arsipmu seperti apa, arsipku seperti apa, dan gimana kita nanti saling mengkontra arsip. Sehingga nanti, yang ikut hadir di ruangan akan punya pikiran sendiri jadi kira-kira yang arsipnya kuat siapa, yang lemah seperti apa. Kita harus mulai jujur dan mulai terbuka lah ya, kira-kira mana yang kebohongan mana yang propaganda mana yang asli,” ujar Ady waktu dihubungi dan mengudara di Radio Suara Surabaya, Selasa (7/11/2023) malam.
Dalam sejarah Belanda, Bung Tomo dituduh sebagai pemimpin dari pembantaian yang berada di Simpang. Namun, nyatanya Bung Tomo dalam peristiwa tersebut merupakan korban penculikan dan penculiknya juga mengakui hal tersebut, lanjutnya.
“Sutomo digambarkan sebagai orang yang jahat oleh Belanda karena saat itu (tahun 1945) dia mempunyai media radio. Dia orang yang paling jos yang menggunakan media. Akhirnya itu disematkan ke Sutomo,” tuturnya.
Dalam historigrafi Indonesia juga tertulis ada orang yang melakukan hal tersebut, tapi berakhir dengan dieksekusi TNI karena melakukan tindakan-tindakan di luar protokol atau hal yang tidak benar.
Oleh karenanya, lanjut Ady, debat di deBalie Amsterdam yang juga ditayangkan secara live melalui website debalie.nl pukul 02.00 waktu Indonesia, akan jadi yang pertama kalinya sejarawan Tanah Air dan Negeri Kincir Angin itu dipertemukan dalam forum debat sejarah.
Ady yang juga seorang penulis buku itu meminta doa dan dukungan masyarakat Indonesia untuk mengikuti debat tersebut. Tujuannya, supaya jika ke depan ada turis Belanda datang ke Surabaya menanyakan kebenaran soal peristiwa pembantaian Simpang Balai Pemuda yang dipimpin Bung Tomo, maka bisa diluruskan.
“Kemudian kalau mereka mengatakan ‘ya karena itu adalah bagian kelam dari sejarah kamu, makanya disembunyikan’. Tidak, tidak seperti itu. Jadi kita harus punya pengetahuan untuk meng-counter (menyerang balik), karena bagaimana pun ya ini harga diri bangsa Indonesia ya. Kita gak cuma ngomong soal Sutomo saja,” ucapnya.
Sejarawan Roodebrug Soerabaia itu menegaskan, kalau akibat dari pemboman pasukan Inggris yang brutal di tahun tersebut, telah mengakibatkan lebih dari 15 ribu warga Surabaya meninggal dunia.
Oleh karenanya, pada debat besok, Ady akan membawa arsip dari kesaksian-kesaksian yang sudah diperoleh, baik dari saksi sejarah hingga para veteran yang terlibat perang Surabaya. Kesaksian-kesaksian tersebut juga akan dijadikan satu menjadi sebuah buku berjudul “Kesaksian dari Garis Depan” yang dia launching pada debat besok.
“Jadi itu ditulis mulai tukang becak, kuli bangunan, semua yang terlibat itu menuliskan. Nah, arsip-arsip ini ya kita bawa setelah tentunya kita melakukan triangulasi data ya. Crosscheck kesaksian ini cukup valid atau tidak. Kalau sudah kita rasa sudah triangulasi, oke ya udah kita nanti bawa disitu sebagai arsip juga,” bebernya.
Terakhir, selain meminta doa restu warga Kota Surabaya dalam debat besok, Ady juga mengajak masyarakat khususnya generasi muda lebih mengenali Kota Pahlawan.
“Pesan secara umum ya, kita ini harus mengenali kota kita. Semua sejarahnya. Kenapa? Karena dengan mengenali kota, kita akan lebih mencintai negeri ini,” pungkasnya. (bil/ipg)