Jumat, 22 November 2024

Cegah Heat Stroke saat Puncak Haji, Kenali Lima Gejalanya

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi cuaca panas.

Puncak ibadah haji ditandai dengan prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) yang akan dilaksanakan pada 27 Juni hingga 1 Juli 2023.

Cuaca pada saat itu diperkirakan bisa mencapai 44 derajat celsius pada siang hari. Oleh karenanya, jemaah perlu mewaspadai terjadinya heat stroke saat Armuzna.

Heat stroke adalah kondisi dimana tubuh tidak dapat mengontrol suhu tubuhnya. Kondisi ini terjadi karena paparan panas dengan suhu tinggi secara langsung.

Sehingga mengakibatkan kenaikan suhu inti tubuh hingga lebih dari 40 derajat celsius. Jika tidak segera ditangani, kondisi dapat mengakibatkan kerusakan organ seperti otak, jantung, dan ginjal.

Dokter Tri Atmaja Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah menyampaikan, kondisi heat stroke perlu diwaspadai oleh jemaah haji, terutama Lansia, saat berada di Armuzna.

Terdapat dua titik di Armuzna yang rawan terjadinya kasus heat stroke yakni Arafah dan Mina.

“Jemaah haji perlu mewaspadai heat stroke, terutama saat wukuf di Arafah dan di Mina untuk lontar jamrah selama tiga hari,” tutur dr. Atma dalam laman resmi Kementerian Agama (Kemenag).

Oleh karenanya, penting bagi jemaah haji untuk mengenali beberapa gejala heat stroke seperti berikut:
1. Suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 40 derajat celsius
2. Kelelahan
3. Kulit panas dan kering
4. Denyut nadi dan frekuensi napas meningkat
5. Gangguan neurologis berupa penurunan kemampuan berpikir dan berkonsentrasi, drowsiness (perasaan mengantuk yang kuat), hingga koma.

Hal terpenting pada heat stroke adalah penanganan segera. Oleh karenanya, saat jemaah haji melaksanakan prosesi lontar jamrah di Mina, telah disiagakan tenaga kesehatan yang akan disebar pada jalur menuju jamarat. Tujuannya jika ditemukan jemaah haji dengan gejala heat stroke dapat segera dilakukan penanganan.

“Hal terpenting dalam penanganan heat stroke adalah penemuan kasus yang cepat dan penanganan sesegara mungkin sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut dari kondisi heat stroke,” ungkap dr. Atma.

Penanganan yang dilakukan pada jemaah yang mengalami heat stroke adalah dengan menempatkan di ruangan berpendingin, melepaskan pakaian yang tebal, kemudian dilakukan rehidrasi dengan cairan infus.

Namun penurunan suhu tubuh ini tidak bisa berlangsung cepat. Oleh karenanya selama proses rehidrasi bisa dibantu dengan kompres es batu atau handuk dingin di sela-sela tubuh. Metode ini akan digunakan untuk membantu menurunkan panas tubuh lebih cepat.

Untuk kasus heat stroke yang membutuhkan perawatan yang lebih lanjut, akan dirujuk ke rumah sakit Mina Al-Wadi. (dvn/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs