Puncak ibadah haji kian dekat. Heat stroke menjadi ancaman bagi jemaah haji Indonesia. Untuk mencegahnya, maka jemaah diimbau untuk memenuhi kebutuhan cairan.
Ira Purnamasari Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya mengatakan, heat stroke merupakan sebuah kondisi di mana tubuh tidak mampu mengontrol kenaikan suhu yang disebabkan oleh cuaca panas.
“Salah satu penyebab heat stroke pada jamaah haji adalah suhu yang panas dan paparan sinar matahari yang terik,” katanya pada Senin (19/6/2023).
Lalu masalah ini juga timbul akibat aktivitas yang berat, sedangkan tubuh dalam kondisi kekurangan cairan atau dehidrasi.
“Disertai adanya kondisi medis tertentu seperti penyakit jantung, obesitas, atau tubuh sudah dalam kondisi sakit atau demam,” tuturnya.
Gejalanya adalah kenaikan suhu secara mendadak hingga lebih dari 39,5 derajat celsius, tubuh tidak mampu mengeluarkan keringat, kulit memerah, panas dan kering, sakit kepala, mual dan muntah, serta nadi menjadi lebih cepat dan kuat, pernapasan menjadi lebih cepat dan pendek, hingga terjadi penurunan kesadaran.
“Suhu tubuh harus segera diturunkan. Karena jika tidak, maka akan dapat memicu kerusakan organ vital yang berujung pada kejang dan kematian,” ucapnya.
Untuk menangani kondisi tersebut, dia mengimbau kepada jemaah yang terindikasi mengalami heat stroke atau menemui seseorang dengan serangan heat stroke, dapat sesegera mungkin beralih ke tempat yang lebih teduh.
Kemudian, lakukan pengenduran semua pakaian agar penderita dapat bernapas lega dan memperoleh oksigen secara maksimal.
“Kompres menggunakan handuk atau kain yang telah dibasahi pada bagian kepala, leher, ketiak, dan selangkangan. Atau bisa juga membasahi badan penderita dengan air dingin,” imbuhnya.
Jika penderita masih dalam kondisi sadar, lanjut Ira, harus segera diberi air minum untuk menghidrasi tubuh dan juga segera mencari pertolongan medis.
Untuk mencegahnya, maka jemaah haji harus mencukupi kebutuhan cairan tubuh dan tidak menunggu haus untuk minum.
Selain itu, juga dengan menghindari paparan sinar matahari langsung. Seperti menggunakan payung atau penutup kepala. Serta segera menyemprotkan air atau membasahi tubuh yang terkena matahari langsung.
Kemudian istirahat cukup dan tidak memforsir tenaga pada aktivitas yang tidak berhubungan dengan ibadah. Lalu mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, serta menghindari minuman manis karena menyebabkan dahaga berlebih dan dehidrasi.
“Terakhir, lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin jika memiliki riwayat penyakit tertentu,” tutupnya. (ris/saf/iss)