Jumat, 22 November 2024

Buku 55 Tahun Ubaya Rangkum Cara Hadapi Tantangan Teknologi dan Multikultur

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
peluncuran buku Ubaya ke-55 tahun dengan judul judul The Race Is On: Bagaimana 'Momen Magis' Teknologi dan Generasi Tech-Savvy Memaksa Pendidikan Tinggi Berubah, di gedung perpustakaan Ubaya Surabaya, pada Sabtu (11/3/2023). Foto: Risky suarasurabaya.net

Universitas Surabaya (Ubaya) kembali meluncurkan buku dengan judul The Race Is On: Bagaimana ‘Momen Magis’ Teknologi dan Generasi Tech-Savvy Memaksa Pendidikan Tinggi Berubah, di gedung perpustakaan Ubaya, pada Sabtu (11/3/2023).

Benny Lianto Rektor Ubaya menyatakan, peluncuran tersebut merupakan bagian dari peringatan Dies Natalis Ubaya yang ke-55 pada tahun ini.

“Buku ini merupakan sumbangan pemikiran dari Ubaya tentang pengelolaan perguruan tinggi dalam menyikapi tantangan baru yang sangat cepat,” ucapnya.

Sementara itu, Anton Prijatno Ketua Yayasan Ubaya menyatakan buku tersebut juga sebagai bentuk untuk menegaskan posisi Ubaya saat ini.

“Posisi dalam artian, posisi universitas sebagai instrumen bangsa, salah satu instrumen milik bangsa, umat manusia, tanggung jawab universitas terhadap kehidupan bersama yang in line dengan amanah dari pendiri Universitas, pendiri yayasan Ubaya,” ucapnya.

Ia menyatakan, Yayasan Ubaya yang sebelumnya bernama Yayasan Perguruan Tinggi Trisakti Surabaya pada tahun 1966 itu, memiliki pesan pokok dari awal agar Ubaya menjadi kampus yang bisa menjadi rumah dan membaurkan seluruh anak bangsa tanpa terkecuali.

“Kemudian rektor pertama juga memberikan amanat jangan bersifat sektariat, yang kemudian kami olah di dalam dinamika kehidupan Ubaya yang akhirnya kita putuskan posisi ubaya dengan kampus multikultur,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa penerapan kampus multikultur juga digaungkan oleh rektor saat ini, salah satunya melalui salam yang dibuat, yakni salam multikultur.

“Ini tentu tidak bisa langsung jadi, ini proses pembudayaan dalam rangka membangun nilai-nilai kehidupan bersama Indonesia. Saya lihat ini dijalankan secara konsisten meskipun belum sempurna, masih banyak kekurangan. Apalagi universitas itu kan ada yang in out, setiap tahun ada yang in ada yang out, karena ada mahasiswa baru, dosen baru, lulusan, dan pensiun,” jelasnya.

Melalui peluncuran buku Ubaya 55 tahun itu, ia berharap agar Ubaya tetap menjadi kampus yang bisa membaurkan seluruh anak bangsa Indonesia, sekaligus menjadi kampus yang dapat menjawab tantangan masa depan dengan baik.

“Setiap kita tidak boleh berhenti untuk menggaungkan dan menjalankan nilai-nilai ini. Saya melihat itu dijalankan oleh pimpinan Universitas dari sejak awal, proses keberlanjutan dari pimpinan yang pertama, kedua, ketiga dan sampai sekarang ini,” pungkasnya.(ris/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs