Rantan Krisnan Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Peternakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan, limbah hasil produksi agroindustri dalam negeri potensial menggantikan atau mengurangi ketergantungan bahan pakan ternak impor.
“Ada banyak sekali seperti kelapa sawit misalnya. Hampir semua bagian bisa dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak jadi kita tidak mesti tergantung dengan impor,” katanya di Jakarta saat dilansir dari Antara, Jumat (17/11/2023).
Ia mengatakan, limbah kelapa sawit yang bisa dijadikan bahan pakan ternak terdiri atas bungkil inti sawit, solid decanter, daun sawit, daging pelepah, daun dan pelepah sawit. Setiap bagian itu menurutnya berpotensi dijadikan bahan campuran pakan ternak, mengingat besarnya jumlah limbah sawit di dalam negeri.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengestimasikan jumlah produksi limbah sawit untuk bungkil inti sawit sebesar 2,9 juta ton, solid decanter sebesar 1,4 juta ton, daun sawit 24,0 juta ton, daging pelepah sawit 16,8 juta ton per tahun.
Limbah agroindustri lainnya yang juga berpotensi dijadikan bahan pakan ternak, yakni limbah cokelat, limbah tebu bagian pucuk ampas tetes, limbah kopi bagian kulit buah, kulit dan biji.
Ia mengatakan bahwa kebutuhan pakan ternak di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri peternakan. Pada 2022, kebutuhan pakan ternak di Indonesia mencapai 20,2 juta ton. Jumlah itu menurutnya, berpotensi meningkat menjadi 28,2 juta ton pada 2027.
Meskipun begitu, kata dia, pengenalan bahan pakan lokal itu belum tersosialisasikan dengan baik kepada para peternak. Sebagian besar peternak sapi, kambing, ayam, dan lain-lain masih berpangku pada rumput, tepung jagung, dan kedelai yang notabene diimpor.
Padahal menurutnya, impor kedelai tidak mendukung produktivitas kedelai di Indonesia. Pada 2022, nilai impor kedelai mencapai 1,6 miliar dolar Amerika Serikat.
Untuk mengurangi ketergantungan impor pakan ternak, ia menyarankan pemerintah daerah melakukan inisiasi pemanfaatan limbah agroindustri sebagai bahan pakan ternak.
Selain itu, perlu adanya penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan limbah agroindustri menjadi pakan ternak.
“Pemanfaatan limbah agroindustri ini harus melalui pola integrasi usaha misalnya kebun sawit dicampur dengan ternak. Perlu kita sadari bahan lokal limbah ini yang bersifat limbah punya kelemahan yakni kontinyuitas ini belum terjawab makanya industrialisasi pakan harus wajib,” pungkasnya.(ant/ris/iss)