Sabtu, 23 November 2024

BRIN Kembangkan Vaksin Hepatitis Lewat Oral

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Sejumlah peneliti di Laboratorium Genomik milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Foto: Antara

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah merancang dan mengembangkan vaksin oral dengan menggunakan kombinasi antigen permukaan hepatitis B dan antigen inti hepatitis B dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas vaksin hepatitis di negara-negara berkembang.

“Pengembangan vaksin ini menggunakan kitosan sebagai agen pembawa untuk mengantarkan protein ke target yang dituju. Selain itu, alginat juga ditambahkan untuk mengontrol pelepasan antigen di usus,” kata Nurlaili Ekawati peneliti Pusat Riset Rekayasa Genetik BRIN dilansir Antara, Jumat (7/7/2023).

Ia juga memaparkan bahwa kasus penyakit sirosis yang signifikan telah menjadi perhatian global. Sirosis merupakan penyakit serius yang sering disebabkan oleh infeksi hepatitis B kronis dan dapat menyebabkan kanker hati.

Pengobatan hepatitis dan vaksin intramuscular (injeksi ke dalam otot tubuh) yang mengandung antigen permukaan hepatitis B, menurut World Health Organization (WHO), memiliki keterbatasan dalam efektivitasnya terhadap pasien dengan hepatitis kronis.

“Vaksin intramuscular umumnya kurang efektif di negara-negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar, seperti Indonesia, karena biayanya yang tinggi dan ketergantungan pada layanan medis yang tersedia,” kata Nurlaili.

Sebelum menguji vaksin secara in vivo (pada organisme hidup) untuk mengamati efek obat pada mahluk hidup, dilakukan karakterisasi mikropartikel yang meliputi penentuan efektivitas muatan, ukuran partikel, distribusi, zeta potensial, dan morfologi partikel.

Adapun Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) juga digunakan untuk menganalisis gugus fungsi dalam formula vaksin.

“Berdasarkan parameter loading efikasi, PdI, zeta potensial, ukuran partikel, FTIR, dan respon imun atau pembentukan antibodi (anti-HBc), disimpulkan bahwa kombinasi dari HBcAg dan HbsAg dapat dilakukan enkapsulasi (proses penangkapan partikel padat, butiran cairan dan gas dalam lapisan tipis) dalam mikropartikel kitosan alginat dengan efektivitas yang baik,” ungkapnya.

Pada hari ke-35 setelah vaksinasi pertama, antibodi penting (HbcAb) terbentuk untuk menanggapi infeksi hepatitis B secara adaptif.

Aktivitas enzim Alanine Transaminase (ALT) dan Aspartate Transaminase (AST), yang menunjukkan fungsi hati, tetap dalam rentang normal setelah pemberian vaksin tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin oral tersebut aman dan tidak menyebabkan kerusakan pada hati.

“Hasil pengamatan terhadap jaringan hati hewan uji yang diberi antigen HBsAg dan HBcAg yang telah dilakukan enkapsulasi oleh kitosan alginat yang diberikan secara per oral dapat membantu respon imun adaptif tanpa menyebabkan kerusakan hati, sehingga memperkuat kesimpulan bahwa formulasi ini aman,” pungkas Nurlaili Ekawati. (ant/bnt)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs