Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan aplikasi biosensor yang bermanfaat untuk diagnosis penyakit hingga monitoring kesehatan secara berkala.
Robeth Viktoria Manurung Peneliti Pusat Riset Elektronika BRIN mengatakan, biosensor juga menjadi salah satu instrumen untuk mendeteksi tingkat keparahan pasien COVID-19.
“Kami bangun sistem biosensor berbasis elektrokimia untuk mendeteksi salah satu biomarker, yaitu serum amyloid A,” ujar dilansir Antara pada Kamis (22/6/2023).
Robeth menjelaskan, aplikasi biosensor itu mampu mendeteksi kadar gula dalam darah, kolesterol, asam urat, dan berbagai penyakit lainnya. Bahkan, teknologi itu telah memiliki tingkat komponen dalam negeri yang cukup tinggi.
“Surface plasmon resonance untuk mendeteksi virus maupun bakteri yang ada pada makanan atau kontaminan lainnya,” kata Robeth.
Ia menambahkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kesehatan yang kian meningkat selaras dengan kenaikan permintaan obat dan alat kesehatan.
Alat-alat kesehatan sederhana, kata dia, seperti pengukur tingkat gula, kolesterol, asam urat, dan lain-lain membutuhkan teknologi biosensor agar terus berkembang.
“Tidak tertutup kemungkinan implementasi teknologi ini juga menyasar bidang-bidang lain, seperti peternakan dan lingkungan, melihat pencemaran dalam makanan misalnya,” kata Robeth.
BRIN juga menjalin kolaborasi dengan pemangku kepentingan lain seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam pengembangan teknologi biosensor untuk peringatan dini bahaya demam berdarah.
Targetnya supaya alat deteksi tersebut bisa diimplementasikan di banyak tempat, bahkan di daerah terpencil. (ant/dvn/saf)