Jumat, 22 November 2024

Antraks Muncul Lagi, Anggota DPR Minta Gencarkan Sosialisasi

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Tim Reaksi Cepat BPBD Gunungkidul melakukan penyemprotan dekontaminasi bakteri antraks di Padukuhan Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Jumat (7/7/2023). Foto: Antara

Rahmad Handoyo Anggota Komisi IX DPR RI menilai kasus antraks di Gunung Kidul, Yogjakarta merupakan bukti masyarakat belum memahami sepenuhnya ikhwal antraks itu.

“Masyarakat mungkin sudah sering mendengar ada penyakit yang disebut antraks, tapi mereka belum memahami betul bagaimana proses penularannya,” kata Handoyo dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net Sabtu (8/7/2023).

Ia berharap kejadian di Gunung Kidul menjadi momentum untuk menyosialisasikan kembali bahaya antraks ke masyarakat.

Masyarakat harus tahu dan memahami bahwa spora antraks bisa hidup berpuluh-puluh tahun di tanah. Spora ini bisa menyebar ke hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, atau hewan herbivora lainnya.

“Antraks bisa muncul kapan saja. Apalagi, disebut-sebut spora antraks bisa hidup berpuluh-puluh tahun. Tapi antraks tentu saja bisa dihindari, caranya dengan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang sudah matang,” terangnya.

Selain itu, masyarakat juga harus diajari agar membakar bangkai ternak yang berpenyakit atau dikubur dalam-dalam agar tidak muncul lagi ke permukaan. Selain itu, harus ada larangan agar masyarakat tidak memakan bangkai hewan yang berpenyakit.

“Kita kan tidak tahu apakah hewan sakit itu antraks, rabies atau penyakit kuku. Kalau sudah sakit yang dibakar atau dikubur saja,” katanya.

Handoyo mendorong Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian dan Ditjen Peternakan untuk mendesain cara mencegah penyakit menular yang diakibatkan dari hewan ke manusia.

“Kolaborasi ini juga harus memberikan informasi yang masif ke masyarakat sehingga bisa meminimalisasi kejadian yang tidak diharapkan,” pintanya. (saf/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs