Jumat, 22 November 2024

600 Akademisi Minta Univeristas di Irlandia Putus Hubungan dengan Israel

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan memasuki Gaza dari titik penyeberangan pada perbatasan Gaza-Mesir di Rafah, Mesir, Sabtu (21/10/2023). Foto: Xinhua

Sebanyak 600 akademisi meminta universitas-universitas di Irlandia memutuskan hubungan dengan lembaga-lembaga Israel. Hal itu merespons kekejaman Israel di Jalur Gaza selama pendudukan berkepanjangan dan brutal Israel di Palestina.

Surat yang ditandatangani para akademisi dari Irlandia, dan diberitakan Irish Times pada Sabtu (4/11/2023) itu mengutuk serangan Israel di Gaza sebagai operasi pembersihan etnis dan menurut banyak pakar dianggap kekerasan genosida.

Dalam surat tersebut menyebutkan, banyak universitas Irlandia dan proyek penelitian yang dibiayai Uni Eropa berkolaborasi aktif dengan universitas-universitas Israel.

“Kami menyeru semua universitas di Irlandia agar segera memutuskan kemitraan institusional atau afiliasi dengan institusi Israel yang saat ini ada,” tulis mereka dalam surat itu dilansir Antara, Minggu (5/11/2023).

“Kerja sama itu harus dihentikan sampai pendudukan di wilayah Palestina diakhiri, hak warga Palestina mendapatkan kesetaraan dan penentuan nasib sendiri diwujudkan, dan hak pengungsi Palestina untuk kembali difasilitasi.” lanjutnya.

Surat itu juga menyebutkan serangan kelompok bersenjata Palestina pada 7 Oktober termasuk serangan kriminal terhadap warga sipil.

“Namun, dalam kondisi apa pun hukum internasional tak membolehkan bombardemen sistematis dan hukuman kolektif terhadap warga sipil di wilayah pendudukan yang terkepung. Bahasa dan kiasan tidak manusiawi yang banyak digunakan oleh para pemimpin Israel untuk masyarakat Palestina mencerminkan hal-hal yang biasanya berkaitan dengan hasutan dan niat genosida,” kata surat itu.

Lebih lanjut, dalam surat tersebut menggarisbawahi lebih dari 3.700 anak-anak tewas akibat dibom Israel. Sehingga, melebihi jumlah tahunan anak-anak yang terbunuh dalam gabungan konflik bersenjata di dunia.

“Banyak warga Palestina meninggal dunia akibat kekurangan bahan bakar, air, listrik dan obat-obatan karena blokade disengaja.”

“Rumah sakit-rumah sakit di Gaza hampir tidak berfungsi karena tidak ada listrik untuk ventilator, menggunakan cuka untuk antiseptik, mengoperasi tanpa pembiusan, dan terus dibombardir Israel. Keadaan ini sangat tidak manusiawi,” bunyi surat pernyataan itu.

Para akademisi melanjutkan, para pakar holocaust dan genosida terkemuka di Yahudi dan Israel menyebut hal itu sebagai ‘kasus genosida seperti dikenal dalam buku teks. Pakar genosida Bosnia juga menyatakan apa yang terjadi di Gaza adalah genosida.

Surat itu juga mengungkapkan kekhawatiran hancurnya sejumlah universitas Palestina di Gaza, dan tewasnya para akademisi serta mahasiswanya.

Menurut mereka, kekejaman yang terjadi di Gaza saat ini menambah penjajahan dan pendudukan selama 75 tahun Israel di Tanah Palestina.(ant/feb/saf/rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs