AKBP Adhitya Panji Anom Kapolres Gresik menyatakan, sebanyak 17 orang sempat dilarikan ke rumah sakit akibat bentrokan antara suporter Gresik United dengan polisi, di Stadion Joko Samudro, Gresik, Minggu (19/11/2023) sore.
Sebanyak 17 orang itu mengalami luka-luka karena lemparan batu dan sesak napas akibat tembakan gas air mata. Korban luka itu terdiri dari tujuh suporter dan 10 aparat polisi.
Kata Adhitya, para korban luka-luka tersebut dilarikan ke RSUD Ibnu Sina Gresik, RS Petro Kimia Gresik, dan RS Semen Gresik.
“Dari situ kami mengetahui ada tujuh suporter yang sempat dirawat, namum semuanya dinyatakan rawat jalan karena tidak ada cedera yang serius hanya masalah pernapasan,” kata Adhitya dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net, Senin (20/11/2023) dini hari.
Pihak Polres Gresik akan membantu tim Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polda Jawa Timur untuk memantau perkembangan kondisi suporter yang rawat jalan.
“Kami akan membantu home visit tim dokter Dokkes Polda Jatim untuk mengontrol kondisi suporter yang sudah kembali ke rumah,” tuturnya.
Sementara itu dari 10 anggota polisi yang dilarikan ke rs hari Minggu kemarin, lima orang sudah diperbolehkan pulang. Namun sebagian masih diharuskan menjalani rawat inap.
Kapolres Gresik itu mengatakan, anggota polisi yang masih dirawat itu mengalami luka fisik di bagian kepala akibat lemparan batu dari para suporter, saat bentrok kemarin.
“Lima petugas kami masih dirawat di rumah sakit dan lima lainnya bisa kembali ke rumah. Luka sebagian besar di kepala, dan saat ini butuh observasi lebih lanjut,” jelas Adhitya.
Sementara itu terkait penembakan gas air mata ke arah suporter, Adhitya menyebut bahwa tindakan itu sudah sesuai prosedur. Karena massa dari suporter tidak bisa dikendalikan.
“Penembakan yang dilakukan sudah sesuai prosedur karena tidak dilakukan di dalam stadion, dan itu dilakukan di tempat terbuka dan sudah melalui tahapan yang sangat panjang,” ujarnya.
Adhitya mengklaim, anggotanya sudah berupaya meredam amarah suporter selama hampir satu jam. Namun karena eskalasi yang semakin meningkat, polisi mengambil tindakan tegas terukur untuk membubarkan massa.
“Yang mana anggota kami sudah bertahan kurang lebih satu jam di lokasi. Namun dari masyarakat tidak membubarkan diri setelah kami melakukan tembakan gas air mata, setelah itu masyarakat membubarkan diri,” ungkap Kapolres Gresik.
Seperti diberitakan sebelumnya, kericuhan antara suporter dan aparat kepolisian terjadi di Stadion Gelora Joko Samudro (GJOS), Gresik pada Minggu (19/11/2024) sore. Peristiwa itu terjadi setelah pertandingan Liga 2 antara tuan rumah Gresik United dengan Deltras Sidoarjo, yang berakhir dengan skor 1-2 untuk kemenangan tim tamu.
Iptu Wiwit Mariyanto Kasi Humas Polres Gresik menyatakan, kericuhan terjadi karena suporter tim tuan rumah kecewa dengan hasil pertandingan.
“Kemudian penonton bubar dari lapangan, keluar semua, sudah tidak ada permasalahan. Lalu di luar (stadion) itu ada sebagian penonton yang kecewa dengan kekalahan itu,” kata Wiwit kepada suarasurabaya.net.
Setelah pertandingan selesai, diperkirakan ratusan hingga ribuan Ultras Gresik, sebutan suporter Gresik United, ingin menemui manajemen klub di ruang VIP. Namun niat itu tidak terpenuhi.
Kata Wiwit, di lokasi tersebut sudah ada sejumlah aparat polisi yang berjaga. Pihak polisi kemudian memberi penjelasan kepada suporter bahwa tidak bisa bertemu dengan manajemen tim hari ini.
Pihak suporter diberitahu bahwa bisa menemui manajemen di kantor Gresik United pada Senin (20/11/2023), hari ini. Namun, suporter tetap bersikukuh untuk bertemu hari itu atau kemarin.
“Di situ mereka tidak mau, pokoknya ingin bertemu dengan manajemen tim,” jelas Wiwit.
Tak lama berselang, kericuhan pun dimulai. Kata Wiwit, ada salah satu oknum suporter yang memprovokasi dan melempar batu ke arah aparat polisi.
“Di parkiran sepeda itu kan tepatnya batu-batuan, dilemparlah dari bawah itu,” jelasnya.
Setelah pelemparan itu, situsasi semakin tidak kondusif. Aparat yang kalah jumlah dengan massa suporter kemudian melakukan tindakan tegas terukur. Yakni penembakan gas air mata.
“Ini kalau kita bertahan terus, jumlah personelnya kalah dengan penonton beringas yang seperti itu. Akhirnya diberikan tindakan terukur itu tadi, tembakan gas air mata,” kata Wiwit. (wld/bil/ham)