Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan penggunaan dua obat antibodi monoklonal untuk melawan Ebola.
Badan PBB itu mengatakan penggunaan obat antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan perawatan yang lebih baik, akan menciptakan obat bagi penyakit yang pernah dianggap hampir pasti akan membunuh penderitanya ini.
Obat – Inmazeb (REGN-EB3) Regeneron dan Ebanga (mAb114) Ridgeback Bio – menggunakan antibodi monoklonal buatan laboratorium yang mirip antibodi alami dalam memerangi infeksi.
“Progres dalam perawatan dan pengobatan yang mendukung selama satu dekade terakhir telah merevolusi pengobatan Ebola. Penyakit virus Ebola dulu dianggap bakal berujung dengan kematian. Namun, hal itu tak terjadi lagi,” kata Robert Fowler, Jumat (19/8/2022) mengutip dari Antara.
Fowler adalah seorang profesor di Universitas Toronto, Kanada, sekaligus salah satu ketua kelompok pengembangan panduan WHO.
Perawatan efektif dan penggunaan kedua obat tersebut kini mengarah pada penyembuhan mayoritas penderita Ebola, katanya, tanpa menyajikan data yang spesifik.
Rekomendasi baru tersebut dikeluarkan menyusul uji coba obat demam berdarah di Republik Demokratik Kongo selama wabah 2018-2020 di sana.
Dr Janet Diaz kepala unit manajemen klinis dalam Program Kedaruratan Kesehatan WHO mengatakan kepada awak media bahwa kedua obat tersebut kini tersedia di Kongo, namun diperlukan upaya lebih untuk semakin mempermudah aksesnya.
“Jalur akses menjadi prioritas saat ini,” katanya.(ant/dfn/ipg)