Jumat, 22 November 2024

Warga Eks Lokalisasi Dolly Akan Tentang Jika Bisnis Prostitusi Berkembang Lagi

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ibu-ibu Paud saat melakukan audiensi seiring beredarnya informasi lokalisasi akan lahir kembali di Putat Jaya eks Dolly, Rabu (22/6/2022) malam. Foto: Meilita suarasurabaya.net

Berhembusnya isu prostitusi lokalisasi Dolly yang kembali beroperasi, dinilai akan melukai hati anak-anak Play Group (PG). Pasalnya, bisnis prostitusi di eks lokalisasi Dolly itu sudah ditutup sejak Juni 2014.

Pernyataan itu diungkapkan Anik Wahyuningsih, Pengelola sekolah Pos Paud Terpadu (PPT) Pelita Kartini. Dia mengaku telah merintis sekolah tersebut bersama beberapa warga lain sejak tahun 2009, hingga diresmikan pada 2010 oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Artinya, empat tahun sebelum kawasan eks lokalisasi Dolly ditutup, sekolahan itu sudah berdiri. Anik merasakan betul sulitnya mencari siswa. Kalau pun ada, Anik dan guru-guru Paud berusaha keras mengedukasi murid-muridnya itu di tengah aktivitas prostitusi yang masih berjalan.

“Paud ini ada di Kupang Gunung Timur Gang V Raya nomor 15, terpatnya Balai RW 6. Termasuk lokasi Dolly. Gerakan kita terbatas, pembelajaran hanya dilakukan di dalam Balai RW 6. Menghindari betul jangan sampai kita lewat Dolly. Bagaimana lagi, jalan sedikit kesana, sudah masuk kawasan Dolly. Kita tidak mau anak-anak melihat wanita seksi-seksi,” jelas Anik saat dikonfirmasi suarasurabaya.net, Rabu (22/6/2022) malam.

Anik kembali menegaskan, bahwa lokalisasi Dolly sudah tidak ada lagi di Kelurahan Putat Jaya tempatnya.

“Wisma-wisma sudah ditutup. Kalau sampai ada, kita pasti menentang,” ujar Anik disetujui pengelola Paud dan warga lain yang hadir dalam mediasi bersama tim Suara Surabaya.

Setelah ditutupnya kawasan eks lokalisasi Dolly, kata Anik, pendidikan setempat mengalami perkembangan. Kini, PPT Pelita Kartini memiliki 37 murid, yang mayoritas warga Dukuh Kupang, Putat Jaya, dan Banyu Urip. Mereka dengan bangga menyebut alamat sekolahnya yang berada di kawasan itu.

“Saya tidak bisa bayangkan kalau ada prostitusi lagi, ini akan melukai hati anak-anak paud,” jelasnya.

Senada dengan pernyataan Anik, Ifa Laelani yang merupakan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) relawan Dinas Sosial Kota Surabaya di Kelurahan Putat Jaya mengaku permasalahan yang kerap kali terjadi saat lokalisasi masih ada, kini sudah sangat jarang.

Meski warung-warung dengan musik memang ada, tapi menurutnya tidak pernah ada lagi Pekerja Seks Komersial (PSK).

“Warung biasa, ada musiknya juga ada beberapa, tapi tidak untuk lokalisasi. Sisi positifnya, geliat ekonomi mulai bangkit di sini,” kata Ifa.

Dirinya justru khawatir, bahwa berhembusnya isu lokalisasi beroperasi kembali di Dolly, akan mengundang para pelaku datang kembali. (lta/bil)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs