Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur menyatakan, kesehatan petani Jawa Timur merupakan salah satu yang menjadi fokus Pemerintah Provinsi Jatim.
Menurutnya, kesehatan para petani sangat penting karena pertanian merupakan hulu dari banyak sektor. Apalagi, pertanian masih jadi sektor penyerap tenaga kerja terbesar.
Emil menyampaikan itu di acara sarasehan “7 Mimpi Agromedis Melangkah Bersama Wagub Jatim” di Auditorium Gedung A, Fakultas Kedokteran Universitas Jember (UNEJ), Selasa (25/1/2022).
Menurut Emil pertanian di Jatim menyerap sepertiga dari tenaga kerja di Jawa Timur. Di Jember, 15 persen warga bekerja di sektor pertanian atau perkebunan.
Sebanyak lima persen dari warga Jember yang bekerja di bidang pertanian adalah mereka yang bekerja sebagai buruh tani.
“Lebih jauh, kontribusi pertanian secara ekonomi di Jatim antara 10-11 persen. Paling besar memang masih industri, mencapai 30 persen. Tapi industri sendiri tidak bisa lepas dari pertanian,” katanya.
Karena alasan itulah Pemprov Jatim menganggap bahwa kesehatan para petani di Jawa Timur sangat penting untuk dijaga. “Kalau tidak, perekonomian Jatim akan terganggu,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Emil menyampaikan, sektor pertanian juga berperan menentukan tingkat stunting di Jatim. Karena hulu dari gangguan pertumbuhan pada anak muncul dari masalah gizi kronis.
“Tingkat prevalensi stunting di Jember ini rata-rata 23,5 persen menurut Studi Status Gizi Indonesia atau SSGI 2021. Sebagai daerah dengan okupansi pertanian tinggi, angka stunting ini mengkhawatirkan,” katanya.
Emil menerangkan, selama ini masyarakat dan bahkan pihak-pihak yang terlibat dalam bidang kesehatan biasanya lebih fokus pada penyembuhan dan bukannya pada tindakan preventif.
“Selama ini kita lebih fokus pada kuratif dan bukannya preventif. Mindset ini harus diubah. Karena pertanian ini hulu dari banyak sektor. Fokus kesehatan di bidang ini perlu ditingkatkan,” katanya.
Untuk itu, mantan Bupati Trenggalek itu menyebutkan ada tiga langkah yang akan dilakukan untuk mulai menerapkan agromedis di kehidupan sehari-hari.
“Pertama, bagaimana kita mengemas informasi yang mudah dicerna masyarakat, terutama buruh tani. Kedua, penyuluhan pertanian. Terakhir, ruang pengabdian masyarakat,” tuturnya.
Khusus poin penyuluhan pertanian, Emil menjelaskan, apa yang harus dipikirkan bukan hanya soal edukasi kepada penduduk tapi juga pertanggungjawaban dari pihak penyuluh.
“Jadi tugas kami nanti tidak sekedar membangun awareness (kesadaran) akan kesehatan di sektor pertanian maupun perkebunan, tapi juga mengawal sampai implementasinya,” katanya.
“Jadi nanti kalau ada petani yang masih tidak menerapkan protokol kesehatan atau menggunakan pengaman, si penyuluh ini yang harus bertanggungjawab.”
Wagub Jatim pun mengapresiasi langkah UNEJ yang berfokus pada agromedis. Sebab, tak banyak pihak di instansi terkait lainnya yang menaruh perhatian penuh di bidang tersebut.
“UNEJ ini luar biasa, karena dari sinilah saya baru menemui istilah agromedis. Semoga cita-cita untuk menjadi pusat agromedis Asia Tenggara bisa terwujud. Saya pikir ini sudah positioning yang bagus,” katanya.(den/ipg)