Organisasi pendanaan anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unicef) mengungkap bahwa sejak pandemi angka anak putus sekolah kembali meningkat di Indonesia.
“Sebenarnya sebelum pandemi Unicef sudah berhasil membantu pemerintah Indonesia menurunkan angka anak tidak sekolah. Tapi ternyata ada pandemi, angkanya naik lagi jadi 4,3 juta,” kataKezia Rahmaningtyas selaku Unicef Indonesia Priority Donor Relations saat dijumpai Antara di Jakarta, Sabtu (4/6/2022).
Lebih lanjut, Kezia menjelaskan bahwa ada beberapa faktor mengapa angka anak putus sekolah kembali meningkat di saat pandemi. Menurutnya, alasan yang paling banyak ditemui mulai dari kondisi jarak hingga ekonomi dari keluarga siswa.
“Pertama karena kondisi geografis, lokasinya jauh jadi tidak bisa menjangkau sekolah. Kedua karena kesulitan ekonomi. Jadi orang tuanya itu ekonominya kurang, sehingga anak-anaknya terpaksa untuk bantu ekonomi keluarga,” jelasnya.
Tak hanya itu, Kezia juga mengatakan bahwa alasan ketiga angka siswa putus sekolah meningkat karena kultur yang masih ada di tengah masyarakat Indonesia. Para siswi umumnya dinikahkan oleh orang tuanya, sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan kembali.
“Ketiga ada juga kultur kebiasaan masyarakat. Di mana anak perempuan itu, kebanyakan anak perempuan, usianya masih di bawah umur tapi sudah dinikahkan. Jadinya nggak sempat lagi melanjutkan sekolah. Jadi kira-kira hal-hal ini yang membuat anak-anak itu tidak sekolah,” imbuh Kezia.
Untuk kembali membantu menurunkan angka siswa putus sekolah di Indonesia, Unicef pun bekerjasama dengan para penggemar dari BTS grup K-pop yakni komunitas Senyum ARMY dengan menyelenggarakan pameran “Remedy” di Plaza Indonesia.
“Bisa mampir di booth Unicef di tempat exhibition-nya, paling depan. Kita juga punya marchandise tas sekolah yang bisa didapat kalau berdonasi dan membantu mengembalikan anak-anak ke sekolah,” pungkasnya. (ant/bil/iss)