Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengukuhkan empat guru besar atau profesor dalam rapat Terbuka Senat yang diselenggarakan di Lantai 9, Gedung Pascasarjana, Kampus Lidah Wetan, Surabaya pada Rabu (28/9/2022).
Keempat guru besar itu di antaranya: Pertama Prof. Dr. Drs. Abdul Rachman Syam Tuasikal sebagai Guru Besar Fakultas Ilmu Olahraga (FIO). Guru besar satu ini banyak meneliti seputar bola basket, mulai dari media dan metode pembelajaran, hingga mengembangkan sistem monitoring pengambilan keputusan wasit bola basket.
Kedua, Prof. Dr. Nuniek Herdyastuti sebagai Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Perempuan asal Surabaya ini merupakan pakar Kimia yang banyak melahirkan riset seputar pengolahan limbah kimia, mengembangkan mini lab IPAL, pengaruh bahan kimia terhadap aspek kesehatan dan dalam pidato pengukuhannya menyampaikan riset “Sehat dan Alami dengan N-Asetil Glukosamin Bahan Kimia Hasil Degradasi Enzimatis Kitin sebagai Obat Osteoarthritis”.
Ketiga, Prof. Dr. Dra. Gunarti Dwi Lestari sebagai Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Prof Gunarti merupakan pakar pendidikan spesialis pendidikan anak usia dini. Banyak riset yang sudah dihasilkan, di antaranya, literasi budaya kemaritiman anak usia dini dan strategi parenting yang efektif (Triple-P).
Keempat, Prof. Dr. Dyah Hariani sebagai Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Perempuan kelahiran Malang ini banyak melahirkan riset seputar pengaruh protein pakan terhadap hormon estrogen ikan lele, peningkatan kualitas ‘reproduksi’ ikan lele, kandungan metabolit flora dan fauna lokal terhadap potensi sebagai penyembuh penyakit degeneratif dan lain-lain.
Menariknya, dalam pengukuhannya itu, dia menyampaikan pidato tentang “Penyiapan Induk Lele Matang Gonad Melalui Induksi Laserpunktur sebagai Upaya Percepatan Pengadaan Benih Skala Massal Menuju Industrialisasi di Bidang Perikanan”.
Prof. Dr. Nurhasan Rektor Unesa mengapresiasi pencapaian para guru besar tersebut.
Cak Hasan (panggilan akrab rektor Unesa) mengatakan menjadi profesor melalui keputusan presiden itu tidaklah mudah dan tidak semua dosen bisa menyandang gelar profesor.
“Hanya mereka yang punya karya, keseriusan dan komitmen memajukan bangsa dan negara yang bisa mendapatkannya,” ujarnya.
Ia menambahkan menjadi seorang guru besar bukanlah akhir dari pencapaian karir seorang dosen, tetapi justru menjadi semangat baru dalam melahirkan karya-karya yang lebih brilian dan bermanfaat bagi masyarakat dan negara.
“Gelar profesor bukan untuk gagah-gagahan, tetapi sebuah penanda bahwa pemegangnya adalah orang terdidik, ilmuwan yang berdedikasi tinggi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia. Masyarakat menanti peran dan kontribusi guru besar Unesa,” tegasnya.
Cak Hasan berharap, guru besar baru ini menjadi semangat baru bagi Unesa dalam melahirkan riset dan publikasi bertaraf internasional, ide, gagasan dan karya-karya inovatif dan turut aktif memajukan bangsa serta negara untuk Indonesia maju dan unggul. “Selamat dan sukses untuk guru besar baru Unesa,” tutupnya.(gat/ipg)