Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surabaya kembali mengerahkan armada “Jempol Sakti”, untuk pelayanan administrasi kependudukan (Adminduk) dan perekaman KTP elektronik (KTP-el).
Program tersebut dilaksanakan di sebuah perkampungan dan sekolah, yaitu di Balai RW 14 Rusun (rumah susun) Urip Sumoharjo dan SMA Negeri 9 Kecamatan Genteng Surabaya. Selain itu, juga di rumah warga lansia/disabilitas yang ada di Kecamatan Sawahan, Surabaya pada Jumat (20/5/2022).
Seperti biasanya, pelayanan goes to school dan goes to kampung ini dilakukan setiap pekan di tiga lokasi. Tujuannya, agar mempermudah jangkauan perekaman KTP-elektronik (KTP-el) serta pelayanan adminduk lainnya.
Muhammad Aries Hilmi Camat Genteng mengatakan, pelayanan adminduk di Balai RW sebenarnya bukan hal baru yang dilakukan di Rusun Urip Sumoharjo. Tetapi, yang baru pertama kali digelar di Balai RW rusun Urip Sumoharjo adalah pelayanan armada Jempol Sakti dan “Jebol Anduk” (Jemput Bola Administrasi Kependudukan).
“Karena ada beberapa permasalahan warga yang belum bisa tertangani, maka dari itu kami menggandeng Dispendukcapil Surabaya agar cepat terselesaikan dengan mendatangkan pelayanan Jempol Sekti Jebol Anduk ini sebagai solusinya,” kata Aries, saat ditemui di Balai RW 14 rusun Urip Sumoharjo.
Aries menjelaskan, permasalahan adminduk yang terjadi di rusun Urip Sumoharjo, yaitu pemindahan status warga beralamat luar kota ke Surabaya. Hal ini, dikarenakan saat ditelisik lebih lanjut oleh petugas kelurahan dan kecamatan, ternyata yang bersangkutan bukan warga Surabaya, sehingga ketika ingin pindah alamat harus memiliki surat izin tinggal di rusun dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
“Jadi permasalah yang ditemukan oleh rekan-rekan di lapangan yaitu adanya warga non-Surabaya, tapi yang bersangkutan sudah menempati rusun sejak lama, kemudian ingin pindah alamat rusun. Karena rusun ini milik pemkot, sehingga harus mengurus administrasi izin tinggal terlebih dahulu, maka dari itu belum bisa menyelesaikan adminduknya,” jelas Aries.
Hal itu berbeda dengan salah satu warga rusun yang sudah memiliki Kartu Keluarga (KK) Surabaya, yang sejauh ini mengaku tidak ada kendala dalam pelayanan adminduk, baik di kelurahan maupun kecamatan.
“Harapan kami kan dengan sinergi antara kelurahan dan kecamatan serta Dispendukcapil ini, warga bisa terlayani dengan cepat. Dengan peralatan lengkap seperti ini, maka warga semakin dekat dengan OPD terkait,” tutur salah satu warga.
Menurutnya Aries, pelayanan adminduk jemput bola ini cocok diterapkan di wilayah kerjanya. Karena sebagian besar penduduk di Kelurahan Urip Sumoharjo warganya pekerja, sehingga ketika ada yang ingin mengurus adminduk bisa dilakukan pada siang atau sore hari di balai Rw.
“Bahkan, pagi kami sudah standby di sini (Balai RW), ketika diletakkan di rusun seperti ini kan warga lebih tenang, bisa ngurus kapan saja dan waktunya lebih efisien,” sebutnya.
Kemudahan pelayanan adminduk di Kota Surabaya saat ini sangat memanjakan warga, selain lebih dekat di kelurahan Urip Sumoharjo juga disiapkan baju kemeja dan hijab bagi warga yang lupa memakai pakaian formal ketika perekaman KTP-el.
“Jadi hari ini ada sedikit evaluasi yang berkaitan dengan busana yang dipakai saat perekaman KTP-el, untuk antisipasinya akan kami sediakan kemeja dan jilbab, bagi yang lupa. Tapi kami juga mengimbau agar warga tidak lupa untuk mengenakan pakaian rapi sebelum berangkat,” imbuhnya.
Perekaman KTP-el di Balai RW 14 rusun Urip Sumoharjo kemarin dilakukan mulai dari pukul 08.30 – 10.30 WIB, sementara di SMAN 9 digelar mulai pukul 08.00 – 14.00 WIB. Sedangkan untuk rumah warga lansia/disabilitas di Kecamatan Sawahan, berlangsung mulai pukul 08.00 – 14.00 WIB.
Sebelumnya, Agus Imam Sonhaji Kepala Dispendukcapil (Kadispendukcapil) Kota Surabaya menjelaskan, pelayanan jemput bola yang dilakukan itu dibagi menjadi dua, yaitu goes to school dan goes to kampung. Menurutnya, goes to school ini penting dilakukan karena terkadang anak-anak yang sudah berusia 18 tahun masih enggan untuk melakukan perekaman KTP-el, mereka terkesan santai-santai saja meskipun belum memiliki KTP.
“Maka dari itu, kita datangi mereka ke sekolah-sekolahnya, dan akhirnya mereka pun bersemangat untuk melakukan perekaman e-KTP ini,” kata Agus.
Yang tidak kalah penting, lanjut dia, goes to kampung juga menyasar warga yang sepuh, sakit, dan warga-warga yang tidak bisa memanfaatkan layanan Klampid. Dalam layanan ini, Dispendukcapil bekerjasama dengan pihak kelurahan untuk mengumpulkan warga yang belum tersentuh Klampid.
“Jadi, Pak Lurah mengumpulkan beberapa warganya di balai RW, ada yang hanya 10 orang, ada yang 15 itu dikumpulkan, lalu kita datangi kampung-kampung itu dengan armada Jebol Anduk,” ujar Agus.
Kadispendukcapil mengungkapkan, inovasi ini sebenarnya sudah ada sejak lama, akan tetapi masih belum masif dan armada Jebol Anduk milik Dispendukcapil hanya ada satu. Namun, setelah mendapatkan CSR dari Bank Jatim dengan bantuan empat armada dan empat alat perekaman, akhirnya Dispendukcapil semakin masif melakukan program goes to school dan goes to kampung.
“Nah, kampung itu tentu tidak hanya di perkampungan, tetapi juga rusun-rusun,” katanya.
Agus menegaskan, melalui berbagai program jemput bola ini, ia berharap pelayanan Adminduk di Kota Surabaya dapat menyasar ke semua warga Kota Surabaya.
“Itulah tujuan dan harapan kita bersama,” pungkasnya. (lta/ipg)