Transportasi publik merupakan lini penting bagi setiap kelompok masyarakat di perkotaan, tidak terkecuali kelompok disabilitas penyandang tunanetra.
Pada, Jumat (30/9/2022) kemarin Lembaga Pemberdayaan Tunanetra (LPT) melakukan survei mengenai aksebilitas dan inklusifitas Suroboyo Bus bagi kelompok tersebut.
Mereka naik Suroboyo Bus dari Halte Tunjungan Plaza sampai di titik akhir di Terminal Purabaya atau Terminal Bungurasih. Yang mana jalur itu disebut Koridor 1.
Tutus Setiawan Ketua LPT memaparkan sejumlah kendala saat kelompoknya melakukan survei tersebut. Dimulai dari kondisi halte bus yang tidak ada jalur untuk mengarahkan kelompok tunanetra.
“Misalnya kita jalan dari trotoar, untuk menuju ke halte itu tidak ada objek yang menunjukkan apakah itu sebuah halte. Kemudian tidak semua halte dilengkapi kursi dan atap,” ujar Tutus saat dikonfirmasi, Sabtu (1/10/2022).
Kemudian tidak adanya papan informasi dalam bentuk huruf braille di sebuah halte bagi kelompok tunanetra. Tutus menyebut memang di beberapa halte ada papan informasi, namun berisikan tulisan latin.
Mereka juga menyoroti tidak tersedianya objek penanda kedatangan bus saat berhenti di halte juga menyulitkan kelompok tersebut. Serta tidak adanya petugas di halte yang mengarahkan tunanetra saat bus datang.
Selanjutnya saat mereka mulai menaiki bus, Tutus mengaku tidak ada petugas yang mengarahkan ke tempat duduk yang kosong bagi penyandang tunanetra.
“Memang betul di sana ada tempat duduk khusus disabilitas, tapi kami meraba-raba mencarinya sendiri,” ungkap Tutus.
Kelompok LPT yang melakukan survei bersama lima orang tunanetra dan lima orang relawan ini, juga mengatakan tidak adanya penanda dari dalam bus yang mengumumkan bus itu sudah sampai di halte mana atau di titik lokasi mana.
Sementara itu berdasarkan pengamatan suarasurabaya.net saat menumpangi Suroboyo Bus, pengumuman penanda lokasi halte itu ada dan terdengar dalam bentuk voice atau suara.
Dari dalam bus bisa terdengar voice/suara yang menunjukkan penumpang sudah sampai di halte mana. Namun terkadang voice pengumuman itu tidak berbunyi di beberapa bus.
“Tidak ada pemberitahuan dari bentuk suara itu membingungkan kami. Kemudian dari segi pembayaran kan sekarang digital, itu kadang juga menyulitkan,” imbuhnya.
Setelah melakuka survei ini, Tutus mengatakan bahwa pihaknya akan menyusun data tersebut dan menganalisa hasilnya. Yang mana kajian survei itu akan diserahkan kepada pemkot khususnya Eri Cahyadi Wali Kota Suabaya.
“Kami berharap untuk ke depannya pemerimtah bisa melibatkan kami dalam perancangan akses fasilitas publik supaya lebih inklusif dan aksesbilitas,” tambahnya.
Eni Fajarsari Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Transportasi Umum (PTU) Dishub Surabaya menyampaikan bahwa saat ini sudah ada fasilitas di Suroboyo Bus untuk penyandang difabel. Namun bukan tunanetra.
Layanan itu antara lain, adalah tersedianya ramp kursi roda di pintu masuk tengah untuk memudahkan akses naik dan turunnya penumpang difabel. Kemudian kursi khusus warna merah bagi penyandang difable.
Lalu juga, terdapat sandaran untuk penyandang difabel yang menggunakan tongkat agar tidak terjatuh saat unit SB berjalan. Serta sabuk pengaman untuk kursi roda dan sandaran berdiri bagi penyandang difabel yang menggunakan tongkat.
“Kendala untuk disabilitas biasanya pada halte yang tidak semua trotoarnya lurus dengan pintu keluar bus, sehingga menyulitkan penumpang disabilitas saat keluar bus,” pungkas Eni.(wld/iss)