Wikan Sakarinto PhD, Direktur Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dan Dr Hatma Suryaatmojo Wakil Ketua Panitia Pusat Kampus Merdeka Kemdikbudristek membagikan tips bagaimana menumbuhkan passion bagi pelajar. Dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan sekaligus karakter pelajar.
Dalam keterangan tertulis yang diterima suarasurabaya.net, Sabtu (26/11/2022), ada tiga tips yang dibeberkan para narasumber yang hadir di seminar dalam rangka Hari Guru Nasional yang diikuti ratusan Rektor se-Indonesia di Yogyakarta:
1. Padatkan Kurikulum Hardskill
Wikan memandang bahwa pelajaran hardskill (teknis) seperti itu bisa dipersingkat dan dipadatkan. Wikan menyarankan pelajaran seperti itu diletakkan di semester paling awal. Sehingga di semester selanjutnya, pelajar berkesempatan untuk mengembangkan diri sesuai passion, sekaligus memperkuat karakternya.
“Materi dasar umum, teknis, kalau kuliah sebisa mungkin dimampatkan dua, tiga, atau lima semester. Sehingga di semester selanjutnya pelajar bisa mengeksplorasi diri tapi tetap sudah memiliki bekal yang cukup,” ungkap Wikan seminar di hari guru bersama Direktur Jenderal Vokasi 2019-2022 Wikan Sakarinto, Wakil Ketua Kampus Merdeka Kementerian Pendidikan, dan ratusan Rektor se-Indonesia..
2. Kembangkan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Teaching Factory
Belajar tidak harus dari dalam kelas. Wikan yang berprofesi sebagai dosen, kini juga mengembangkan perusahaan yang terintegrasi dengan kampus. Mahasiswa diajak untuk mengerjakan proyek manufaktur sekaligus memasarkan proyek itu sendiri. Omzetnya ungkap Wikan sangat besar, mencapai Rp2 miliar per bulan.
Integrasi inilah yang disebut Wikan sebagai konsep Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dan Teaching Factory. Konsep ini diklaim Wikan baru pertama kali dilakukan di Indonesia olehnya. Selama ini sudah banyak mahasiswa mengerjakan proyek, namun proyeknya merupakan penugasan dari dosen. Bukan atas inisiatif sendiri.
3. Manfaatkan Program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka
Program Merdeka Belajar di sekolah, dan Kampus Merdeka di kampus, menurut Wikan kini sudah cukup berkembang pesat dalam memberikan kesempatan pelajar untuk eksplorasi diri di luar lembaga pendidikannya. Wikan mengajak semua pihak di dunia pendidikan untuk terus memanfaatkan program ini, karena bisa memberikan pelajar pengalaman nyata di dunia kerja.
“Kampus itu bukan dunia nyata! Jadi, mari program yang sudah dibentuk untuk kegiatan MBKM ini dikawal agar bisa mengembangkan passion mahasiswa dengan pengalaman dunia nyata. Adanya Modul MBKM di SEVIMA Platform, yang bisa mewadahi pengelolaan dan administrasi program MBKM, juga sangat saya apresiasi sebagai sebuah terobosan yang bisa membantu pelaksanaan MBKM,” ujar Wikan.
Senada, Hatma Suryaatmojo mengatakan bahwa pemanfaatan kampus merdeka ini perlu strategi tersendiri. Kampus perlu konsisten berkomunikasi dan membangun kerjasama kemitraan, melakukan sosialisasi kepada dosen dan mahasiswa, hingga menyusun panduan implementasi kampus merdeka yang cukup mendalam.
Sedangkan Bagus Jati Santoso PhD Kepala Sub Direktorat ITS dan Tenaga Ahli SEVIMA, juga menyampaikan bahwa perlu perjuangan ekstra dalam meyakinkan ribuan profesor, dosen, dan mahasiswa untuk melaksanakan kampus merdeka dan perubahan kurikulum ini.
“Tak jarang kami menerima pertanyaan, apa jaminannya pelajar nanti sukses setelah mengembangkan passion? Karena selama ini tanpa Kampus Merdeka, alumni ITS juga sudah terbukti kemampuannya dan sukses di dunia kerja. Namun dengan musyawarah, sekaligus pembuktian manajemen akademik dan pelaporan data yang baik di ITS dengan SEVIMA Platform, saat ini ITS sudah mengimplementasikan MBKM dan diakui di tingkat nasional sebagai salah satu kampus terbaik dengan menyabet IKU Award (Indikator Kinerja Utama) dari Kemdikbudristek,” pungkas Bagus Jati.(dfn/ipg)