Jumat, 22 November 2024

Tidak Hanya Indonesia, Saudi dan Negara Islam Lain Gunakan Air Galon Kemasan Polikarbonat

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Dok. Di Hotel Millenium Al Aqeeq, Madinah, Arab Saudi air minum di restoran tempat makan jemaah umrah dan haji menyediakan air minum merek Al Manhal dalam kemasan galon polikarbonat. Foto: Istimewa

Air minum yang higienis dan sehat telah menjadi kebutuhan masyarakat, karena berkaitan erat dengan kesehatan dan kebugaran. Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh untuk menghindari hidrasi menjadi salah satu kunci menjaga kesehatan terutama mereka yang sedang melakukan ibadah umrah maupun haji di Mekah dan Madinah.

Di Hotel Millenium Al Aqeeq Madinah, misalnya, air minum di restoran tempat makan jemaah umrah dan haji menyediakan air minum merek Al Manhal dalam kemasan galon polikarbonat.

“Kami semua jemaah umrah di Madinah minum air dari galon untuk makan minum di hotel karena air zamzam hanya tersedia di Masjid Nabawi,” kata Suryana Isak, jemaah umrah asal Indonesia yang sedang berada di Madinah dalam rangkaian ibadah umrah, Jumat (7/10/2022).

Kebutuhan air minum bagi jemaah umrah menjadi hal yang sangat penting karena saat ini suhu siang hari di Madinah mencapai lebih dari 37 derajat celcius. Kebutuhan makan minum jamaah disediakan di hotel tiga kali sehari. Saat ini banyak restoran yang masih tutup sebagai dampak pandemi, termasuk restoran Indonesia di sekitar Masjid Nabawi Madinah.

Selain di Arab Saudi, beberapa negara Islam seperti Qatar dan Oman juga memiliki produk air kemasan dalam galon polikarbonat. Di Qatar, ada merek Safa Water yang tersedia dalam aneka kemasan termasuk galon. Qatar akan menjadi tuan rumah FIFA World Cup 2022 bulan November mendatang.

Jalal Akrom, jemaah lain mengaku minum air kemasan galon polikarbonat di Madinah, seperti yang dia minum juga di Indonesia dan tidak terusik dengan isu BPA (Bisphenol A) pada galon guna ulang. Apalagi sekarang ia melihat langsung bahwa Arab Saudi juga menggunakan galon guna ulang berbahan polikarbonat untuk penyediaan air minum bagi jemaah umrah yang setiap tahun mencapai puluhan juta jemaah dari seluruh dunia.

“Kalau memang galon guna ulang berbahaya tentu Arab Saudi sudah mengganti dengan kemasan lain, dan pasti mereka akan sangat serius menangani hal ini. Tidak mungkin lah Pemerintah Saudi ingin membahayakan miliaran tamu tamu Allah yang sudah berpuluh-puluh tahun menggunakan galon Polikarbonat,” ujar Jalal.

Selain Qatar, negara lain yang menggunakan galon isi ulang berbahan polikarbonat adalah Turki. Di Turki salah satu merek galon air minum yang terkenal adalah “SIRMA”.

Melansir Antara, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjelaskan galon isi ulang yang banyak digunakan masyarakat, memang mengandung BPA.

Walau demikian, kandungan BPA dalam kemasan isi ulang yang beredar itu telah memenuhi syarat ambang batas, yang berarti aman digunakan dan tidak berbahaya bagi kesehatan.

“Hasil uji kemasan pangan dari plastik polikarbonat, sampai saat ini kadar BPA-nya masih memenuhi syarat ambang batas dan aman untuk digunakan,” kata Ema Setyawati Direktur Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru BPOM, beberapa waktu lalu.

Ema mengatakan air minum dalam kemasan (AMDK) terdiri dari empat jenis, yaitu air mineral, air demineral, air mineral alami, dan air embun.

Keempat jenis AMDK tersebut harus memenuhi syarat yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Selama memenuhi syarat SNI tentu saja aman. Sesuai namanya air minum dalam kemasan, maka kemasannya pun harus aman,” katanya.

Sementara itu dr. Laurentius Aswin Pramono, M-Epid, dokter spesialis penyakit dalam dari FKUI mengatakan, untuk menimbulkan gangguan metabolisme dan endokrin, butuh kadar yang sangat besar dalam satu waktu secara bersamaan.

Aswin menyatakan pada dasarnya semua bahan kimia bersifat endocrine disruptor, yaitu komponen kimiawi yang bisa mengganggu fungsi sistem endokrin dan reproduktif dalam tubuh.

Namun, kandungan BPA dalam galon guna ulang hanya 0,001 persen dari ambang batas yang bisa mengganggu. Jadi, butuh hingga 10.000 galon dalam satu waktu untuk mencapai batas yang dapat mengganggu hormon dalam tubuh.

“Artinya, kecil sekali yang bisa menjadikan BPA (dalam galon) jadi endocrine disruptor yang bisa mengganggu metabolisme,” ujarnya.

Secara umum, zat-zat kimia yang masuk ke tubuh akan dibersihkan melalui berbagai mekanisme. Misalnya melalui detoksifikasi di liver (hati), dan dibuang oleh ginjal melalui urine.

“Ada banyak jalur pembuangan zat kimia dari tubuh kita. Untuk BPA, akan didetoks di liver. Jadi dalam jumlah kecil tidak berbahaya karena akan didetoksifikasi, sehingga tidak masuk ke peredaran darah,” tutur dr. Aswin.(ant/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs