Tetsuya Yamagami pria tersangka pelaku pembunuh Shinzo Abe meyakini mantan Perdana Menteri Jepang itu memiliki kaitan dengan sebuah kelompok keagamaan yang dianggapnya sebagai penyebab krisis keuangan ibunya.
Menurut laporan Kyodo kantor berita Jepang yang dikutip Antara, Minggu (10/7/2022), pria berusia 41 tahun itu mengatakan kepada polisi ibunya menjadi bangkrut akibat menyumbang kelompok itu.
“Ibu ku tersedot ke dalam sebuah kelompok keagamaan dan aku benci itu,” ucap Yamagami yang memberi pengakuan kepada polisi.
Sementara itu, kepolisian Kota Nara menolak berkomentar tentang informasi yang dilaporkan oleh media Jepang menyangkut motif Yamagami, atau pun persiapan yang dilakukan pria tersebut.
Media massa Jepang juga tidak menyebutkan nama kelompok keagamaan yang membuat Yamagami kesal.
Berdasarkan hasil penyelidikan, Yamagami mengaku sudah mempersiapkan serangan pada Abe selama berbulan-bulan dengan senapan rakitan.
Dia merakit senjata itu dengan bahan-bahan yang dibelinya secara daring (online). Yamagami juga mengatakan kepada polisi, dia membuat senapan-senapan dengan cara melekatkan pipa-pipa baja menggunakan lakban.
Dia dilaporkan menghabiskan waktu sekian lama dalam merencanakan serangan itu, bahkan dengan menghadiri sejumlah acara kampanye lain yang dihadiri Abe.
Fakta lain yang diungkapkan stasiun penyiaran publik NHK, Yamagami sebelumnya mempertimbangkan untuk melakukan serangan dengan bom. Namun, akhirnya memilih dengan senjata api.
Serangan yang dialami Abe tersebut terekam di video dan mengejutkan Jepang, salah satu negara yang jarang mengalami kekerasan dengan senjata api.
Yamagami yang berstatus pengangguran, diidentifikasi oleh kepolisian sebagai tersangka yang mendekati Abe dari belakang dan kemudian menembak Perdana Menteri Jepang dengan masa jabatan terlama itu.
Menurut keterangan beberapa tetangga kepada Reuters, Yamagami adalah sosok penyendiri yang tidak menjawab ketika diajak berbicara.
Dia diketahui juga tinggal di lantai delapan sebuah rumah susun, di mana dasar bangunan itu dipenuhi dengan sejumlah bar.
Selain itu, seorang juru bicara Angkatan Laut Jepang mengungkapkan fakta, Yamagami pernah bertugas di Pasukan Bela Diri Jepang Maritim dari 2002 hingga 2005. Dia kemudian ditugaskan di sebuah kapal pelatihan di Hiroshima.
“Selama masa bertugas, para anggota Pasukan Bela Diri Jepang berlatih dengan menggunakan peluru tajam satu kali setahun. Mereka juga membongkar serta merawat senjata-senjata api,” kata seorang perwira tinggi AL kepada Reuters. (ant/bil/rid)