U dan R, inisial pasangan suami istri (pasutri) di Lakarsantri Surabaya hanya bisa menangis mengetahui anaknya terlibat dalam gerombolan penyerang warung di Keputih tiga hari lalu.
Ditemui di rumahnya, R, terlihat sesenggukan. Dia adalah ibu kandung dari R, remaja laki-laki yang terlibat dalam gerombolan pesilat KS, penyerang warung di Keputih Surabaya, Jumat (2/12/2022) dini hari.
“Kulo (saya) jengkel (kesal),” sambil menyeka air matanya dan sesekali sesenggukan, Senin (5/12/2022).
Bagaimana tidak, R hanya ibu rumah tangga yang serabutan menunggu panggilan jika dibutuhkan menjadi asisten rumah tangga (ART) di dekat wilayahnya. Ia juga baru saja usai operasi mata. Tak lama setelah itu, anaknya diamankan di Polsek Sukolilo karena terjaring operasi gabungan.
“Kulo (saya) mari (selesai) operasi mata. Langsung jam 12 malam di Polsek, sendirian, bapaknya kan sakit,” R menjelaskan sambil menangis.
Mengetahui anaknya sempat diamankan, hari R teriris. Begitu juga dengan U, sang suami yang ikut menangis ketika mengingat ulang kejadian tiga hari lalu itu. Dia tidak bisa mendampingi istrinya lantaran sedang sakit, memiliki riwayat asma. Kerjaan sehari-harinya juga hanya sebagai tukang rongsokan.
“Bapaknya sakit asma, (sehari-hari) pados (mencari) rongsokan. Anak saya yang satu di lapas, kena lima tahun. Rumah yang saya tinggali ini, milik orang tua,” jelas R yang air matanya kembali pecah.
Sementara R (19 tahun), sang anak, mengaku menyesal terlibat dalam gerombolan penyerangan itu. Dia juga tidak tega menyusahkan orang tua, serta janji tidak mengulangi.
“Gak ngulang Bu. (Karena) tidak (mau) bikin (membuat) orang tua malu, susah gitu,” ujar R sambil tertunduk saat berbincang dengan Reni Astuti Wakil Ketua DPRD Surabaya yang mengunjungi rumahnya.
R mengaku terlibat gerombolan penyerangan puluhan pesilat KS kemarin, baru pertama kalinya. Remaja lulusan salah satu SMK di Menganti dua tahun lalu itu, mengaku hanya ikut karena diajak.
“Selama ini nggak pernah (terlibat). Di ajak. Ikut gerombolan dari belakang gitu. Iki lho ate perang, ketemuan (ini mau ketemuan). Manut melok gerombolan niku (nurut ikut gerombolan itu),” papar R yang juga pelatih silat KS sabuk tingkat satu. (lta/ipg)