Balap jalanan atau street race yang difasilitasi oleh pihak kepolisian dan diadakan secara resmi, akhirnya terselenggara untuk pertama kali pada Minggu (16/1/2022) kemarin di Ancol, Jakarta.
Tujuan diadakannya balap liar resmi ini untuk mengurangi kegiatan balap liar jalanan yang selama ini “kucing-kucingan” dengan pihak kepolisian.
Berdasarkan evaluasi penyelenggaraan street race pertama ini, Kombes Pol Sambodo Purnomo Dirlantas Polda Metro Jaya mengatakan, balapan berlangsung kondusif dan masyarakat sangat antusias mengikutinya.
Jumlah pendaftar pun sempat membludak melebihi dari kapasitas 300 pembalap yang ditetapkan.
“Alhamdulillah event pertama di Ancol meriah. Animonya besar. Yang dibatasi 300 pembalap ternyata lebih. Ini akan diadakan sebulan sekali dengan harapan balapan liar bisa hilang,” kata Sambodo di Program Wawasan Radio Suara Surabaya, Kamis (27/1/2022).
Ia menegaskan, dengan balap liar yang diselenggarakan secara resmi, maka faktor keamanan menjadi prioritas utama. Dalam balapan liar kemarin, Sambodo menyebut tidak ada kecelakaan dan semua berjalan dengan tertib dan aman.
“Evaluasinya cukup bagus. Karena ini kan bukan kompetisi, seperti latihan bersama jadi tidak ada juara 1, 2, 3. Tidak ada rekor waktu yang dipecahkan, penting narik. Dengan format itu zero accident dan berjalan tertib. Mereka mengatur diri mereka masing-masing,” ungkapnya.
Soal format balapannya, polisi berkoordinasi dengan banyak komunitas dan komunitas yang menetapkan sendiri format dan kelas apa saja yang dipertandingkan. Sehingga pihak kepolisian hanya menyiapkan lintasan dan keamanan acara.
Mengenai kendaraan yang dipakai, Sambodo mengaku polisi tidak melakukan pemeriksaan kendaraan yang digunakan balapan.
“Polisi tidak memeriksa, karena tujuannya menghilangkan balapan liar. Kalau diperiksa nanti malah nggak ikut,” katanya.
Ia menambahkan, “Ini win win solution, soalnya ada kelas-kelas tertentu yang motor yang dipakai adalah motor rakitan”.
Mengenai efektifitasan kegiatan ini, Sambodo mengaku kegiatan balapan liar terlihat mulai menurun karena para pembalap liar lebih memilih menunggu event balapan liar yang diadakan kepolisian setiap bulannya.
Lintasan yang dipakai, kata Sambodo, juga jalan yang memiliki alternatif jalur sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat.
Menanggapi balap liar yang difasilitasi Polda Metro Jaya, pendengar ikut bersuara. Ada yang menolak, namun lebih banyak yang setuju.
“Saya tidak setuju street race, karena peruntukan jalannya bukan buat balapan. Kalau untuk race butuh kualitas jalan tersendiri,” kat Jumadi.
“Saya juga tidak setuju, karena sebenarnya sudah wadahnya yaitu drag race di IMI (Ikatan Motor Indonesia). Daftarnya per motor Rp200 ribu lebih banyak modal membuat motor balapnya. Polda lebih baik bekerjasama dengan IMI untuk menggelar balapan,” kata Narko.
“Saya setuju, karena dulu saya juga street race. Kita cari trek balapan liar. Tapi kalau ada street race resmi dan reguler jadi mewadahi. Kita nggak susah cari tempat. Mungkin nanti bisa ditemukan calon pembalap dan mekanik,” ungkap Rachmadani.
“Saya setuju street race dengan segala konsekuensinya. Balapan liar tidak boleh tapi kalau diwadahi monggo. Indonesia pemakai kendaraan roda 2 terbesar di dunia, puluhan juta orang punya hobi terpendam yang perlu disalurkan,” kata Joni Susanto.
Menurut rencana, Polda Metro Jaya menyiapkan tiga lokasi balap jalanan atau street race di tiga wilayah penyangga Ibu Kota. Tiga wilayah tersebut diantaranya Bumi Serpong Damai (BSD) di Tangerang Selatan, Meikarta di Kabupaten Bekasi, dan Vida di Bekasi Kota.(tin/rst)