Amien Widodo Pakar Geologi dan Dosen Geofisika Institut Sepuluh November (ITS) menyatakan, salah satu penyebab banjir rob yang terjadi di wilayah pesisir Pantai Utara Pulau Jawa aadalah penurunan tanah dan krisis iklim.
“Contohnya di Semarang, laju penurunan tanah itu sekitar 9 centimeter per tahunnya. Ditambah dengan gelombang tahunan yang sangat tinggi sehingga tanggul menjadi jebol,” kujarnya kepada suarasurabaya.net, Selasa (24/5/2022).
Pakar geologi itu menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan permukaan tanah menjadi turun. Yang pertama, karena pengambilan air tanah yang berlebihan.
Lalu faktor yang kedua, karena pengambilan minyak dan gas bumi secara berlebihan. Yang ketiga karena pembangunan gedung-gedung tinggi, dan yang keempat karena konsolidasi alami tanah.
“Peluang terjadinya penurunan tanah karena konsolidasi alami sangat kecil sekali,” tegasnya.
Amien melanjutkan, penurunan tanah yang paling sulit diantisipasi adalah fenomena tektonik. Yaitu, terjadinya patahan lempeng dan perlahan membuat permukaan tanah menurun.
Tapi, kata Amien, hcuma beberapa wilayah saja di pesisir Pantura Jawa yang mengalami fenomena tektonik. Menurutnya, percepatan penurunan tanah di wilayah Pantura Jawa didominasi banyaknya bangunan.
Selain beberapa faktor penyebab tersebut, Dosen ITS itu menyatakan secara umum sekarang sedang terjadi perubahan iklim. Dia bilang salah satu tandanya adalah semua unsur cuaca menjadi naik.
“Seperti hujan menjadi lebih deras, embusan angin menjadi lebih luas, ombak semakin tinggi karena pengaruh angin, dan naiknya permukaan laut,” kata dia.
Banjir rob di wilayah Pantura seperti Kota Semarang, kata Amien merupakan contoh yang disebabkan ombak tinggi dan laju penurunan tanah. Bukan karena naiknya permukaan air laut.
Oleh karenanya, Amien mengatakan harus ada pemetaan wilayah penurunan tanah di wilayah pesisir pantai tidak terkecuali Kota Surabaya.
Supaya penurunan tanah di setiap pantai bisa diketahui dan bisa dilakukan langkah antisipasi untuk mencegah dampak banjir rob, dia menyarankan minimal per tiga tahun dilakukan penelitian wilayah penurunan tanah.
Kemudian, langkah antisipasi yang harus dilakukan antara lain menghambat laju pembangunan gedung di wilayah penurunan tanah, lalu pembangunan tanggul dan penanaman mangrove meski sifatnya hanya menghambat laju ombak.
Pakar geologi itu melanjutkan, dampak dan kerusakan dari banjir rob cukup besar bagi masyarakat. Seperti rumah dan pabrik terendam, sumur menjadi kotor, hingga merusak jalanan.
“Sedangkan banjir rob yang hingga membuat tanggul jadi jebol di Semarang itu akan berlangsung selama berhari-hari,” tutur Amien.
Lebih lanjut, dia mengingatkan sekarang sedang terjadi perubahan iklim yang luas yang berpotensi menyebabkan semua unsur cuaca menjadi naik.
“Oleh karena itu, untuk masyarakat yang tinggal di pesisir dan pihak yang berwenang harus bersiap menanggulangi dan mencegah terjadinya banjir rob dengan skala yang besar,” pungkas Amien.(wld/rid)