Banyaknya sejarah TNI Angkatan Laut (AL) di Kota Surabaya merupakan salah satu alasan Kota Pahlawan dicanangkan sebagai Navy City (Kota Angkatan Laut).
Laksamana Muda (Laksda) TNI Tolhas Sininta Nauli Basana Hutabarat Panglima Koarmada II mengatakan, pengkajian yang dilakukan bersama sejahrawan membuktikan suksesnya pembangunan dan pendirian TNI AL sampai sekarang tidak pernah lepas dari keberadaan AL di Surabaya.
“Banyak sekali satuan-satuan di Angkatan Laut yang secara langsung didukung atau diresmikan oleh Bung Karno Presiden RI pertama. Sebagai contoh, di Lapangan Udara (Lanud) di Juanda sebagai bandara udara pertama yang dibangun di Indonesia, dan saat itu dijadikan Lanudal namanya,” ujar Pangkoarmada II kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (11/12/2022).
Selain Lanud Juanda, lanjut Laksda TNI Hutabarat, masih banyak satuan lain seperti kapal selam dan sebagainya di Surabaya yang menyimpan banyak kisah heroik.
“Jadi, Surabaya sebagai Kota Pahlawan, kami juga melihat Surabaya ini sebagai Kota Angkatan Laut,” imbuhnya.
Untuk mewujudkan Surabaya sebagai Navy City, TNI AL akan membuat sebuah paket museum dengan jalur mulai dari Monumen Kapal Selam (Monkasel) di sisi Sungai Kalimas Surabaya, terhubung sampai ke muuseum utama dan Monumen Jalesveha Jayamahe (Monjaya).
“Itu akan jadi satu paket museum bernuansa bahari tentunya, atau nuansa Angkatan Laut. Selain itu, di Monjaya itu kami buat lebih indah dengan teknologi video mapping,” ungkapnya.
Perjalanan menikmati paket museum bahari, nantinya akan melewati sungai dari Monkasel sampai museum utama. Untuk itu, lanjut Laksda TNI Hutabarat, pihak Koarmada segera menggelar program Bersih Lingkungan Kali Bersih (Berlian Kasih).
“Jadi, biar bermanfaat ganda untuk masyarakat, kami keruk mulai Kalimas itu. Jadi, nanti pengunjung museum menggunakan perahu lewat terus mulai Monkasel,” jelasnya.
Dalam pelaksanaannya, pihak Koarmada II akan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya.
Lebih lanjut, untuk mendukung pencanangan Navy City, Koarmada II juga akan berusaha mengubah mindset masyarakat umum yang selama ini menganggap markas TNI AL tertutup dan menyeramkan.
“Selama ini kesannya kami tertutup, walau pun memang itu bagian dari security. Tapi, kami akan upayakan supaya m keamanan dengan keterbukaan kita menerima masyarakat masuk dalam armada tersebut. Jadi, nanti ada flip house, bentuknya cafe dengan view (pemandangan) kapal perang dan itu bisa dinikmati masyarakat,” lanjutnya.
Menurut Pangkoarmada II, keterbukaan jadi bentuk akuntabilitas TNI. Karena, segala bentuk operasionalnya menggunakan uang pajak dari masyarakat.
Selama ini, lanjut Laksda TNI Hutabarat, tertutupnya akses ke markas TNI AL bertujuan untuk melindungi aset negara. (bil/rid)