Tahukah bahwa penularan Hepatitis B tertinggi di Indonesia justru terjadi pada saat proses kelahiran. Belum adanya screening membuat sang ibu pengidap Hepatitis tanpa sengaja menularkan penyakit tersebut pada bayinya.
Merujuk data dari Kemenkes, penularan Hepatitis dari ibu ke anak atau secara vertikal memiliki kemungkinan sekitar 90% hingga 95% pada tahun 2019.
“Dari Hepatitis A, B dan C. Indonesia banyak tendensi Hepatitis B. Ini menyerang semua usia dan paling banyak proses penularannya dari ibu hamil dan proses persalinan, tertularnya pun tanpa ada gejala,” kata dr. Poernomo Boedi Setiawan, Sp.PD,K, Koordinator Divisi Hepatologi dalam Divisi Gastro-Enterologi Hepatologi Departemen-SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unair saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Selasa (29/3/2022).
Menurut Poernomo, Hepatitis B yang tidak segera mendapatkan penanganan bisa berakhir Kanker Hati dan Sirosis (pengerasan hati). Namun tidak perlu khawatir karena saat ini pencegahan Hepatitis B bisa di cegah melalui vaksin.
“Vaksinasi Hepatitis B pada orang yang belum mengidap Hepatitis dan belum mempunyai antibody karena terpapar, hasilnya sangat optimal dan luar biasa baik,” ujarnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan No.12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi, pemberian vaksin Hepatitis B menjadi salah satu imunisasi wajib yang diberikan kepada anak.
World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan bahwa semua bayi harus menerima dosis pertama vaksin Hepatitis B dalam waktu maksimal 24 jam setelah dilahirkan.
Namun Poernomo menekankan bahwa treatment vaksin ini sudah tidak efektif bagi pasien dengan Hepatitis B dengan tingkat keparahan stadium lanjut.
“Seringkali pasien sudah datang dalam kondisi sudah sirosis, perutnya besar, tubuhnya kuning. Karena penyakit ini memang tanpa gejala jadi tiba-tiba pasien sudah diketahui dalam posisi stadium tinggi,” kata dr. Poernomo yang juga Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Pemberian vaksin dan deteksi dini adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah bahaya kanker hati dan sirosis yang mematikan.
“Yang paling betul itu sesaat setelah dilahirkan ibu, bayi langsung di vaksin saja,” ujarnya.
Sedangkan untuk pasien yang terlanjur terkena atau terdeteksi mengidap Hepatitis, dr. Poernomo akan memberikan treatment sesuai tingkat keparahan.
“Tindakannya tergantung kondisi pasien, kalau masih bisa disembuhkan bagi pengidap Hepatitis B dan C saat ini kita bisa berikan antivirus. Namun, untuk Hepatitis B sifatnya hanya melemahkan tidak bisa menghilangkan virus itu sendiri,” jelasnya.
Vaksinasi Hepatitis B merupakan salah satu solusi namun masih jarang karena menurut dr. Poernomo masih agak mahal dan bukan prioritas. Karena masih bisa dicegah dengan perilaku hidup sehat dan hygine sanitasi personal. Dengan mencuci tangan yang bersih, mengkonsumsi air minum yang direbus dan makanan yang bersih.
Selain itu, dr. Poernomo juga menekankan pentingnya screening pada ibu hamil dan pra melahirkan.
“Seharusnya memang dilakukan screening terlebih dulu. Beberapa negara maju sudah mewajibkan hal ini. Namun kita belum melakukannya di Indonesia karena hal ini akan membawa konsekuensi biaya. Nah ini yang jadi agak berat,” pungkasnya. (tha/ipg)