Hanny Nilasari Ketua Satgas Monkeypox PB IDI mengemukakan kelompok usia anak menjadi salah satu pasien yang perlu memperoleh penanganan khusus tenaga medis, saat tertular dan terinfeksi cacar monyet.
“Kelompok yang harus waspada terhadap Monkeypox secara umum adalah anak-anak, lansia, dan orang yang memiliki imunitas lemah,” kata Hanny Nilasari dalam dialog virtual “Memahami Cacar Monyet yang Menjadi Darurat Kesehatan Global” dikutip Antara, Kamis (11/8/2022) lalu.
Ia mengatakan, infeksi cacar monyet pada anak-anak ditandai dengan ruam di permukaan kulit, muncul mukosa mulut dan kemudian meluas. Dikhawatirkan, gejala tersebut akan membuat anak-anak jadi sulit untuk makan.
“Nanti bisa terjadi infeksi lokal di area tersebut dan bahkan sampai menginfeksi area bagian dalam mulut atau orofaring,” ujarnya.
Infeksi di bagian orofaring dapat memicu hilangnya selera makan karena gangguan menelan dan lainnya. “Jadi, anak-anak memang harus menjadi perhatian khusus,” katanya.
Tak hanya pada anak, kelompok risiko tinggi seperti lansia, ibu hamil, serta orang-orang dengan imunitas yang rendah juga perlu memperoleh perlindungan.
Misalnya masyarakat dengan penyakit kronis seperti kanker, orang-orang yang sedang menjalani pengobatan juga perlu mendapatkan perhatian khusus bila terpapar virus Monkeypox.
“Jadi mereka ini kelompok yang juga harus menjadi perhatian saat terpapar Cacar Monyet,” katanya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun telah menempatkan status cacar monyet satu level di bawah pandemi. Selain itu, cacar monyet kini sudah beredar di sejumlah negara. Bahkan di Indonesia, telah ditemukan satu kasus terkonfirmasi seperti diumumkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Sabtu (20/8/2022) hari ini.
Pengumuman itu disampaikan Mohammad Syahril Juru Bicara Kemenkes, dalam konferensi pers, di Jakarta. Kata dia, pasien yang terinfeksi Monkeypox laki-laki berusia 27 tahun dengan riwayat bepergian dari luar negeri. Pasien mengalami gejala demam tanggal 14 Agustus 2022.
“Hari ini ada satu terkonfirmasi dari Jakarta, berusia 27 tahun sesudah kami dapat laporan pemeriksaan PCR tadi malam,” ujarnya.
Selain demam, pasien juga mengalami pembengkakan kelenjar di leher, dan mengalami ruam di tangan, kaki, leher, wajah dan di area genital.
“Keadaan pasien baik-baik saja, dalam istilah Covid-19 gejala ringan. Jadi, pasien tidak perlu dirawat cukup isolasi mandiri di rumah,” imbuhnya.
Syahril menjelaskan, kasus konfirmasi Cacar Monyet merupakan suspek ke-23 yang diperiksa Kemenkes.
Sebanyak 22 suspek sebelumnya negatif tes PCR dengan reagen pendeteksi Cacar Monyet.
“Satu kasus ini dinyatakan positif melalui tes PCR selama dua hari. Apalagi, dia memiliki masa inkubasi yang lama yaitu 21 hari sebelum akhirnya menimbulkan gejala,” paparnya.(ant/bil/iss)