Sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur dimanfaatkan sebagai bahan alternatif pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) oleh PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), anak perusahaan PT. PLN Persero.
Ahmad Muhdlor Bupati Sidoarjo menyambut baik langkah PT PJB yang memanfaatkan olahan sampah di TPA Jabon Sidoarjo untuk dijadikan bahan bakar alternatif PLTU wilayah Jawa-Bali.
“Kerja sama itu sudah diinisiasi Pemkab Sidoarjo dengan PT PJB sejak awal 2022. Sekarang, kerja sama itu sudah masuk dalam tahap dilakukan uji coba dengan mengirimkan RDF Briket atau bahan bakar alternatif sebanyak 60 ton untuk bahan bakar Co-firing tenaga uap PLTU,” katanya dalam keterangan pers di Sidoarjo, Selasa (19/7/2022).
Ia mengatakan uji coba itu dilakukan untuk mengetahui kadar kandungan briket apakah sudah memenuhi standar bahan bakar pengganti batu bara yang selama dipakai PLTU.
“Briket itu akan dimanfaatkan untuk bahan bakar alternatif di PLTU Tanjung Awar-Awar Tuban. Selama ini, kebutuhan bahan bakar batu bara dalam sehari di PLTU Awar-awar mencapai 8.000 ton. Penggunaan bahan bakar alternatif itu bagian dari rencana PJB untuk mengurangi penggunaan batu bara,” kata dia.
Selain itu, kata dia, pemanfaatan sampah olahan sebagai bahan bakar alternatif PLTU dalam rangka mendukung program bauran Energi Baru Terbarukan (EBT). Pemerintah pusat melalui Kementerian ESDM menargetkan program bauran nasional EBT sampai tahun 2025 mencapai 23 persen.
Pemkab Sidoarjo, kata Gus Muhdlor, jauh-jauh hari sudah menyiapkan itu. Mendukung program bauran nasional EBT dengan memanfaatkan sampah yang diolah menjadi bahan bakar alternatif.
“Penjajakan kerja sama pemanfaatan sampah olahan dipakai bahan bakar alternatif PLTU ini menjadi solusi penanganan sampah di Sidoarjo. Sekarang masih dalam proses uji coba, karena ini yang pertama dilakukan PJB memanfaatkan bahan bakar alternatif RDF briket untuk PLTU,” katanya.
Rachmanoe Indarto Direktur Operasi 2 PT PJB saat berkunjung ke TPA Jabon beberapa waktu lalu menyampaikan bahan bakar alternatif dengan teknologi Co-firing tersebut untuk mengurangi penggunaan bahan bakar batu bara yang selama ini dipakai PLTU. “Pemanfaatan bahan bakar alternatif sampah olahan ini merupakan langkah nyata PJB dalam mewujudkan target EBT sampai tahun 2025, targetnya 23 persen,” kata dia.
Rachmanoe mengatakan penggunaan biomassa sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara, salah satunya adalah dari sampah olahan.
“Komposisi penggunaan biomassa sampah olahan bisa sampai 10 persen. Kebutuhan bahan bakar di PLTU Awar-awar dalam satu hari 8.000 ton batu bara, jika satu persennya untuk co-firing, penggunaan biomassa bisa 80 ton per hari,” katanya.
Bahrul Amig Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo menjelaskan sebagai perbandingan, untuk menghasilkan 100 ton briket dibutuhkan sampah 300 ton. Sedangkan kapasitas pengolahan sampah di TPA Jabon dalam sehari bisa menghasilkan 160 ton briket dengan sampah yang masuk dalam satu hari rata-rata 600 ton.
“Jumlah sampah yang masuk tersebut akan dimaksimalkan lagi, diolah menjadi briket. Sementara yang dikirim untuk uji coba pembakaran di PLTU sebanyak 60 ton,” ujar Amig.
Menurutnya, yang dibutuhkan untuk pembakaran PLTU adalah jenis sampah olahan dengan kandungan organik rendah. Karena itu akan membuat kandungan bahan bakar dengan kalori tinggi yang bisa menghasilkan panas dengan maksimal.
“Sampah di TPA Jabon ini ada dua jenis, pertama sampah yang mengandung organik tinggi dan sampah unorganik atau kandungan organiknya rendah,” katanya.(ant/iss/ipg)