Jumat, 22 November 2024

Romansa dan Gemerlap Wisata Malam, Jadikan Surabaya Bisa Dinikmati 24 Jam

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ribuan pengunjung padati wisata kuliner Kya-Kya Kembang Jepun Kota Surabaya, Sabtu (10/9/2022). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Kota Surabaya saat ini sudah mempunyai event rutin seperti Tunjungan Romansa, juga Wisata Perahu Kalimas, dan Kya-Kya. Hal ini tidak membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berhenti meracik potensi wisata malam lainnya di Kota Pahlawan.

Pengembangan potensi wisata malam selanjutnya akan fokus di wilayah Utara Kota Surabaya, yang sudah punya fasilitas mendukung seperti bangunan dan tempat historis.

Nantinya, kawasan yang identik dengan sebutan “Kota Tua” tersebut akan dipercantik sedemikian rupa untuk menarik minat wisatawan pada malam hari.

Wiwiek Widayati Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya mengatakan, kawasan Kota Tua punya tiga zona, yakni Zona Eropa, Pecinan dan Timur Tengah.

“Yang sekarang jadi fokus kita di kawasan Pecinan di Kembang Jepun itu. Di situ juga ada becak wisata yang bisa mengantar ke spot-spot disana, dengan rute Jalan Slompretan-Cokelat-Karet. Bisa juga mampir ke wisata kuliner khas Pecinan (Kya-Kya) di kawasan sana,” ujar Wiwiek usai mengisi Program Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya, Jumat (23/12/2022) pagi.

Wiwiek Widayati Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata Kota Surabaya (kanan) bersama Agoes Tinus Lis Indrianto Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Ciputra (kiri) saat mengisi Program Semanggi Suroboyo, Jumat (23/12/2022). Foto: Billy suarasurabaya.net

Kedepan, setelah proyek wisata malam di wilayah Utara selesai dikerjakan, Pemkot Surabaya akan mencoba untuk menghubungkan dengan spot wisata malam lain.

“Apalagi kita punya feeder (kendaraan pengangkut) yang sekarang beroperasi, dan bisa saja melewati spot-spot (wisata malam) tersebut. Sehingga terkoneksi harapannya,” jelas Wiwiek.

Seluruh upaya tersebut, menurut Wiwiek agar Kota Surabaya bisa dinikmati selama 24 jam oleh wisatawan. Selain itu, bisa jadi opsi lain jika spot wisata seperti Kebun Binatang Surabaya (KBS), Romokalisari dan Mangrove Wonorejo hanya bisa dikunjungi pada pagi sampai sore hari.

Sejalan dengan tagline “Sparkling Surabayayou will love every corner of it“. “Artinya yang kita hidupkan adalah sisi gemerlapnya Kota Surabaya. Kuliner ditambah suasana romantisnya,” ucapnya.

Dalam destinasi wisata malam, Kadisbudporapar menegaskan kalau UMKM Lokal jelas akan dilibatkan untuk memasarkan produk mereka. Baik kuliner, fesyen, souvenir dan lain sebagainya.

Sementara untuk sumber daya manusia (SDM) pariwisata, kata Wiwiek, Pemkot juga akan fokus menggandeng seluruh pihak baik masyarakat umum maupun perusahaan swasta. Informasi adanya spot-spot wisata tersebut menurutnya harus dipahami seluruh elemen.

“Artinya untuk product knowledge secara konsisten harus diupdate terus ke seluruh pihak. Kita tidak bisa kalau bicara sektor pariwisata kota tapi sdm lokal kita justru tidak paham informasinya,” tandasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Agoes Tinus Lis Indrianto Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Ciputra (UC) menyebut sosialisasi  informasi harus jadi prioritas pemkot untuk meng-create potensi wisata.

“Informasi wisata memang sudah ada, tapi belum tersosialisasi. Selain online seperti di medsos maupun website, informasi secara offline juga harus tetap ada. Yang ada di Alun-Alun Suroboyo itu memang ada, tapi bisa juga ditaruh di tempat kedatangan seperti bandara, stasiun, terminal dan dermaga,” jelasnya.

Selain itu, untuk memperkuat pemahaman warga lokal/SDM pariwisata, dia berharap agar pemkot sering-sering memberikan sosialisasi seperti seminar kepada driver taksi online dan sebagainya.

“Kalau perlu, di taksi online dan sejenisnya itu dikasih brosur tempat wisata. Jangan sampai kalau si wisatawan tanya ke driver, tapi disuruh googling kan lucu. Mereka ini sebisa mungkin bisa jadi frontliner wisata kita, karena secara tidak langsung jadi tour guide,” paparnya.

Agoes Tinus juga menyebut keramahan masyarakat lokal jadi kunci suksesnya wisata di suatu daerah. Masyarakat juga diharapkan mampu menjaga keamanan dan kebersihan, tanpa bergantung penuh 24 jam ke petugas dan kepolisian agar wisatawan tidak takut untuk datang.

“Contohnya kalau kita jalan kaki malam-malam di Bali, pasti ada rasa aman karena terkenal keramahan dan keamanan di sana. Intinya psikologinya harus diciptakan,” tuturnya.

Terakhir, dia berharap langkah meng-create wisata malam bisa dibarengi dengan konsistensi baik oleh pemerintah maupun masyarakat. “Kuncinya tiga hal, komitmen, konsisten sama kolaborasi,” pungkasnya. (bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs