Benyamin Kusumoputro Guru Besar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia memproyeksi robot otonom (Autonomus Robots) bakal menggantikan peran manusia dalam menangani pekerjaan berbahaya, berat, dan kotor di masa depan.
“Hampir semua pekerjaan yang terkait dengan hal-hal berbahaya, kotor, dan berat itu nantinya akan digantikan oleh robot,” ujarnya saat ditemui tengah menjuri kompetisi robot nasional di ITS Surabaya, Minggu (3/7/2022)
Kepada suarasurabaya.net Benyamin menuturkan, bahwa teknologi artificial inteligence atau kecerdasan buatan pada robot bukanlah sesuatu yang baru dan sudah banyak digunakan untuk membantu keperluan produksi di beberapa industri. Baik manufaktur, makanan hingga farmasi.
“Yang umum digunakan untuk keperluan industri, biasanya mesin-mesin robotik yang dirancang untuk melakukan hal-hal yang repetitif,” terangnya.
Robot industri untuk keperluan produksi ini harus diatur sedemikian rupa agar presisi. Dalam arti, kondisi ruang akan dikondisikan sedemikian rupa untuk mendukung kinerja si robot repetitif. Hal-hal yang dimungkinkan akan mengganggu kinerja robot juga harus di eliminasi. Karena kalau tidak, robot repetitif di industri tidak akan berfungsi secara optimal.
“Tapi sebenarnya yang lebih menarik adalah robot yang bisa bekerja seperti manusia. Biasanya disebut autonomus,” ujarnya.
Dengan teknologi robot otonom yang terkoneksi dengan kecerdasan buatan, Benyamin menjelaskan perkembangan robotik akan merevolusi industri dan bisnis di masa mendatang.
Robot otonom adalah mesin cerdas yang mampu melakukan tugasnya sendiri, tanpa kontrol manusia secara langsung. Contohnya robot penyedot debu.
Sedangkan Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan merupakan objek digital yang berisi susunan algoritma yang diterjemahkan menggunakan bahasa pemrograman untuk memberikan perintah pada suatu perangkat.
Kebalikan dari robot industri yang mengharuskan adanya kontrol ruang yang presisi dan pengaturan yang kompleks, robot otonom yang bersifat humanoid ini justru dirancang adaptif.
“Robot berbasis autonomus atau humanoid justru dirancang agar dia bisa berpikir dinamis. Jadi semakin pintar dia menanggapi perubahan semakin dia jago,” ucapnya.
Nantinya, robot-robot ini bisa menggantikan peran manusia dalam pekerjaan berbahaya seperti memadamkan api, penjinakan bom dan aktivitas berbahaya lainnya.
Benyamin bahkan sempat menyebut, teknologi robotik juga mulai dikembangkan untuk membantu proses operasi pada otak manusia. Dia menjelaskan, robot bisa melakukan eksekusi pekerjaan tanpa terganggu emosi seperti yang biasa terjadi pada manusia.
“Dengan ekspertis manusia. Manusia bisa lebih jago daripada robot. Tapi karena manusia punya emosi dan ketidakstabilannya kadang ikut mempengaruhi kinerja. Maka disinilah peran robot kadang dibutuhkan,” ujarnya.
Inovasi teknologi robotik merupakan salah satu tuntutan kemajuan teknologi 4.0 bagi banyak negara. Jika ingin maju, Indonesia harus ikut meng-upgrade diri dan menggerakkan SDM nya supaya tidak tertinggal.
Jika SDM dalam negeri tidak mampu mengikuti kemajuan dan memiliki keahlian merancang teknologi, ditakutkan Indonesia hanya sebatas menjadi konsumen. Bahkan kehilangan pekerjaan karena telah banyak digantikan teknologi robot yang saat ini sedang dikembangkan di banyak negara.
“Tapi untuk mewujudkannya dibutuhkan sinergitas dan dukungan sistemik lintas sektor,” ungkap Benyamin.
Benyamin menuturkan, secara kompetensi SDM Indonesia tidak kalah. Namun perlu dukungan sistemik untuk membentuk ekosistem yang mendukung inovasi teknologi. (tha)