Sabtu, 23 November 2024

Mengintip Remote Working, Tren Kerja Jarak Jauh tapi Tetap Optimal

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi Work From Home. Foto: Grafis suarasurabaya.net

Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, tren kerja berubah. Meski remote working, konsep bekerja dari mana saja, sudah ada sejak sebelum pandemi, namun perkembangan saat ini makin diminati.

Karena dinilai efisien terutama terhadap waktu dan jarak, maka pola kerja from everywhere ini menjadi cara baru seseorang melangsungkan profesinya. Tanpa harus bertemu bertatap muka dan harus berada di kantor, menjadi pilihan generasi saat ini.

Adi Suryaputra Paramita, Kaprodi Information System For Business, Universitas Ciputra Surabaya saat mengudara dalam program Wawasan di Radio Suara Surabaya, Rabu (3/8/2022) mengatakan bahwa remote working ke depan akan menjadi hal biasa.

“Karena pandemi, remote working lagi musim. Tapi sebenarnya beberapa tahun lalu itu hal ini sudah biasa dilakukan terutama di bidang teknologi yang memungkinakan pekerjaan di remote dari mana saja,” ucap Adi.

Ia juga menceritakan, sudah ada mahasiswanya yang menerapkan sistem kerja remote working.

“Mahasiswa saya domisili di Surabaya, kerja di Amerika sejak tahun 2016. Memang dengan pandemi ini dimungkinkan remote working,” lanjut dia.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa remote working ini memiliki keuntungan, yakni dalam bekerja tidak harus masuk kantor asalkan target tercapai.

Dalam perkembangannya, ia menjelaskan, dulu banyak yang mengira remote working susah. Tapi setelah dijalani lama kelamaan para pekerja yang menerapakan sistem ini menjadi terbiasa.

Meskipun begitu, penerapan remote working di beberapa perusahaan tidak selalu lancar dan tidak semua industri bisa menerapkannya.

Dalam kesempatan itu, ia juga memaparkan bahwa perkembangan sistem remote working ini memiliki sisi positif dan negatif.

“Sesuatu harus dilihat dari sisi positif dan negatif. Sekarang, kita memasuki masa yang benar-benar baru. Lowongan kerja juga berbeda. Kita bagaimana menyikapinya, harus melihat sisi perusahaan. Kalau perusahaan mau mengerjakan remote working, harus ada aturan yang jelas, targetnya gimana, dan itu harus dikomunikasikan di depan. Lalu kalau mendapat penalti saat tidak memenuhi target. Bonusnya berapa juga harus jelas, yang saya amati kadang gak jelas,” jelasnya.

Sebelum mengakhiri pembicaraan, ia menyarankan bahwa penerapan remote working ini, perlu diuji coba melalui metode hybrid terlebih dahulu.

“Masuk kantor seminggu dua minggu dulu, untuk culture transfer atau bonding, atau bisa diadakan bonding sebulan sekali. Ini penting untuk membuat orang merasa nyaman saat memasuki kerja remote working, setelah itu bisa dikombinasikan dengan bekerja dari mana saja,” tukasnya.

Menurutnya, Indonesia mau tidak mau harus bersiap dengan pola remote working. Karena jika tidak siap dengan adaptasi baru ini, akan banyak talenta Indonesia yang ahli dalam bidang teknologi. Mereka lari keluar negeri, untuk mendapatkan pekerjaan yang bisa dikerjakan dari mana saja dengan sistem gaji yang sama dengan perkantoran.(ris/dfn/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs