Dominicus Husada Peneliti Utama Uji Klinis Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair) mengatakan, pihaknya akan coba memberikan dua dosis vaksin terhadap subjek atau relawan.
“Vaksin disuntik dua kali dengan jarak empat minggu. Jadi saringan, lolos, baru disuntik. Nanti empat minggu lagi suntikan kedua, setelah suntikan kedua baru dinilai seperti vaksin Sinovac,” kata Dominicus seperti dilaporkan Antara, Senin (7/2/2022).
Dominicus menuturkan, pemberian dua dosis vaksin itu ditujukan untuk melihat indikator-indikator yang menjadi syarat keberhasilan vaksin saat melakukan uji coba pada manusia.
Pada penyuntikan pertama, pihaknya akan melakukan penelitian apakah keamanan pada vaksin dapat terjamin serta efek samping yang akan ditimbulkan seperti adanya demam atau menderita penyakit kuning. Sedangkan pada penyuntikan dosis kedua akan melihat sejauh mana kekebalan atau anti bodi dapat terbangkitkan.
Sedangkan untuk banyaknya relawan, dia menyebutkan ada sebanyak 495 relawan yang telah bersedia mengikuti uji coba klinis Vaksin Merah Putih, dengan rincian 90 relawan pada fase I dan 405 relawan pada fase II.
Kemudian dia menjelaskan, kendala yang akan terjadi dari penyuntikan itu adalah tubuh manusia yang berbeda satu sama lain dan tidak dapat diduga. Sehingga berbagai kemungkinan baru bisa dinilai setelah pengujian dilakukan.
“Walaupun persiapan kita baik, ada hal-hal yang membuat manusia menjadi unik satu sama lain sehingga kita akan menunggu sampai uji klinik berakhir. Mungkin yang baik di uji hewan, baik di orang, tapi bisa juga baik di hewan, tidak baik di orang. Semua kemungkinan terbuka,” tegas dia.
Dia menyebutkan, vaksin Merah Putih bisa lanjut uji klinis karena pengujian terhadap hewan baik yang kecil seperti tikus atau besar seperti kera, berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur standar yang ada.
Menurut Dominicus, selama pengujian terhadap hewan terjamin keamanan serta kekebalan yang diciptakan terbukti bisa menjadi lebih tinggi, maka pengujian terhadap manusia bisa dilakukan.
Sama halnya bila Merah Putih ingin dijadikan sebagai vaksin booster. Dominicus menegaskan, vaksin itu perlu melewati fase I, II dan III terlebih dahulu, termasuk melewati skema lain agar bisa diuji kemampuannya.
Namun, uji coba itu masih harus memakan waktu lebih lama lagi. Dia pun berharap kedua fase uji klinik dapat berjalan dengan baik dan lancar. Sehingga vaksin Merah Putih dapat menjadi vaksin pertama yang diproduksi di Indonesia dari anak bangsa untuk bangsa.
“Inilah vaksin pertama yang kita bikin sepenuhnya untuk orang Indonesia dari orang Indonesia,” kata Dominicus.(ant/iss/den)