Google Doodle merayakan ulang tahun ke-112 Rasuna Said pada hari ini, Rabu (14/9/2022).
Perempuan yang memiliki nama lengkap Hajjah Rangkayo Rasuna Said itu merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia diangkat sebagai pahlawan nasional pada tanggal 13 Desember 1974 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI nomor 084/TK/Tahun 1974.
Rasuna Said dikenal dengan kegigihannya memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.
Perempuan yang lahir di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat itu merupakan putri dari seorang bangsawan bernama Muhammad Said yang merupakan saudagar Minangkabau.
Rasuna Said dibesarkan dalam keluarga beragama Islam yang taat. Ia disekolahkan di sekolah agama dari Sekolah Dasar hingga ke pondok pesantren Ar-Rasyidiyah. Saat itu, Rasuna Said merupakan satu-satunya santri perempuan.
Dikenal sebagai sosok yang pandai, cerdas dan pemberani, Rasuna Said kemudian pindah ke sekolah agama khusus perempuan di Diniyah Putri Padang Panjang. Setelah menyelesaikan studinya disana, pada tahun 1923 ia menjadi asisten guru di Diniyah Putri Padang Panjang tersebut.
Saat itu Rasuna Said merasa bahwa kemajuan kaum perempuan tidak cukup hanya dengan menjadi guru atau mendirikan sekolah, tetapi harus disertai dengan perjuangan politik. Ia pun ingin memasukkan pendidikan politik dalam kurikulum Diniyah Putri Padang Panjang, tetapi usulan tersebut di tolak.
Akhirnya pada 1930, ia memutuskan untuk berhenti mengajar dan kemudian mendalami ilmu agama pada Haji Rasul atau Dr. H. Abdul Karim Amrullah. Saat itu ia juga mulai mengikuti organisasi pergerakan untuk memperjuangkan nasib kaum perempuan yang masih terbelakang.
Dikutip dari Buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional (1995) yang dibagikan kemdikbud.go.id, perjuangan politik Rasuna dimulai dengan memasuki organisasi di Sarekat Rakyat (SR) sebagai sekretaris cabang.
Kemudian ia bergabung ke Persatuan Muslimim Indonesia (PERMI) pada tahun 1930. Rasuna Said akhirnya menjadi pimpinan pengurus besar.
Rasuna dikenal dengan kemahirannya berpidato. Isi pidato yang disampaikannya selalu tajam menyangkut penindasan pemerintah Belanda. Hingga pada tahun 1932 ia dipenjarakan di Semarang karena didakwa Speekdelict atau “menebar kebencian”. Dia kemudian dijatuhi hukuman 15 bulan penjara, yang membuatnya terkenal secara nasional karena jejak dan hukumannya dilaporkan secara luas.
Rasuna said juga tercatat sebagai pimpinan majalah bernama “Menara Putri”. Tulisan-tulisan Rasuna dikenal tajam dan banyak berbicara soal antikolonialisme di tengah-tengah kaum perempuan.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Rasuna Said menjadi anggota Dewan Perwakilan Sumatera mewakili Sumatera Barat. Kemudian ia juga menjadi anggota Komite nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Pada waktu Pengakuan Kedaulatan ia menjadi anggota DPR Republik Indonesia Serikat. Kemudian menjadi anggota DPR Sumatera dan terakhir, tahun 1959 ia diangkat menjadi anggota DPA.
Ia wafat di Jakarta 2 November 1965 pada usia 55 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan kalibata Jakarta. (gat/rst)