Jumat, 22 November 2024

Puskesmas Surabaya Gencarkan Konseling dan Tes Sukarela untuk Tekan HIV

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Ilustrasi HIV Aids. Foto: Istimewa

Upaya menekan angka penyakit HIV di Surabaya terus digencarkan, salah satunya melalui layanan Voluntary Counseling and Test (VCT) di berbagai puskesmas.

Layanan VCT terdiri dari sejumlah tahapan, dimulai dari pre-test yang dilanjutkan sampai pemeriksaan laboratorium, hingga tahap post-test. Berdasarkan pemeriksaan itu, apabila hasilnya positif HIV maka terperiksa/pasien akan diberikan Antiretroviral (ARV). Sedangkan jika hasilnya negatif HIV, maka akan diberikan Pre-Exposure Profilakdis (PrEP).

Dokter Arista Agung Santoso Kepala Puskesmas Sidosermo, Surabaya, menyampaikan jika pelayanan di tempatnya dilakukan setiap hari. Akan tetapi, untuk layanan VCT ini khusus dilakukan kepada pasien yang secara sukarela bersedia diperiksa.

“Misalnya ada orang yang berisiko tinggi atau ada keluarga dekatnya kena HIV, mereka datang untuk memeriksa. Yang datang ikut VCT tidak banyak sekitar lima sampai 10 orang,” ujarnya, Minggu (9/10/2022).

Upaya promotif juga dilakukan oleh pihak puskesmas. Menurut Arista, masih ditemui orang yang malu untuk periksa karena terkait HIV. Kepala puskesmas itu menyampaikan bahwa dalam pemeriksaan VCT harus tetap menghargai privasi pasien.

Dia mengatakan pasien yang diperiksa akan dipersilahkan bercerita secara sukarela terkait kondisinya, dan tidak ada pemaksaan. Dan rata-rata yang datang untuk ikut layanan VCT adalah pria.

“Kalau perempuan mungkin lebih banyak di wilayah dengan kehidupan malam. Di Sidosermo tidak termasuk,” ujarnya.

Sementara itu, Heri Siswanto Kepala Puskesmas Wonokusumo, Surabaya, mengatakan salah satu sasaran dari layanan VCT adalah calon pengantin. Alasannya agar mereka sebelum menikah masing-masing bisa mengetahui kondisi kesehatannya.

“Setelah pemeriksaan, pasien akan mendapat hasil tes berupa amplop tertutup dan ada nama inisial pasien itu,” katanya.

Kata Heri, inisial nama di amplop itu untuk menjaga privasi pasien. Menurutnya, beberapa pasien merasa malu karena stigma tentang penyakit HIV, meski hanya sekedar pemeriksaan. Selain itu untuk menyasar target kepada calon pengantin, pihak puskesmas sudah bekerjasama dengan pihak kantor urusan agama (KUA) setempat.

“Tak hanya kepada calon pengantin, usia remaja juga menjadi target dan kami juga bekerjasama dengan sekolah-sekolah di wilayah kami. Informasi VCT juga disampaikan melalui RT RW,” ucapnya.

Untuk diketahui, Nanik Sukitrisna Kepala Dinas Kesehatan Surabaya sebelumnya mengungkapkan temuan kasus HIV dalam semester satu tahun 2022 berjumlah 316 kasus. Angka tersebut menurun dari semester satu tahun 2021, yang mencapai 364 kasus.

“Penurunan kasus ini merupakan upaya kegiatan preventif dan promotif secara optimal, seperti pelayanan secara tatap muka berupa sosialisasi, penyuluhan, pertemuan FGD, dan pendampingan tentang pencegahan HIV,” kata Nanik. (wld/bil/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs