Jumat, 22 November 2024

Psikolog: Orang Tua Lakukan Lima Cara Ini untuk Cegah Anak Jadi Pelaku Kejahatan

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ilustrasi. Borgol. Foto: Pixabay

Psikolog mengimbau para orang tua menerapkan setidaknya lima cara agar anak tidak menjadi pelaku kejahatan. Mengingat remaja jadi sasaran paling mudah dipengaruhi untuk jadi generasi penerus tindak kejahatan.

Ahmad Baihaqi Psikolog Layanan Psikologi Penjurusan dan Karir (LP2K) mengatakan, pertama adalah mengawasi perkembangan fase perilaku putra-putrinya.

“Kedua, mengawasi media informasi yang diterima. Apa yang ditonton, dan sebagainya,” kata Baihaqi, Jumat (11/11/2022).

Ketiga, menerapkan peraturan-peraturan di rumah. Namun sifatnya tidak mengekang, tapi mengendalikan anak. Begitu orang tua mengidentifikasi sinyal akses negatif pada anaknya, maka harus segera diselesaikan.

Keempat, orang tua tetap harus berkolaborasi dengan sekolah. Bukan menyerahkan tanggung jawab karakter anaknya pada guru.

“Karena remaja fase pendidikan atau belajar. Jadi tanggung jawabnya dua, di rumah dan sekolah. Orang tua harus ngontrol anaknya di sekolah tanya ke guru BK, wali kelas dan lain-lain. Informasi itu untuk orang tua lebih aware mengarahkan anak ke pergaulan lebih baik,” terangnya lagi.

Baihaqi mengingatkan orang tua agar tetap menyadari bahwa tanggung jawab utama perkembangan anak, ada para mereka. Sibuknya pekerjaan tidak seharusnya menjadi alasan.

“Kejadian ini biasanya orang tua sibuk bekeja, yang mengembangkan anak jadinya lingkungan. Kalau negatif kan jadi salah. Orang tua punya tanggung jawab untuk mengarahkan putra-putrinya,” tegasnya.

Kelima, menurut Baihaqi, jika anak terlanjur menjadi pelaku. Maka orang tua harus bisa membina anaknya kembali usai selesai rehabilitasi atau menjalani proses hukum. Caranya, menjauhkan dengan lingkungan sosial yang membentuk karakter kejahatan sebelumnya.

“Mau tidak mau pemerintah punya sistem rehab anak dan remaja. Kita percaya anak akan disadarkan melalui hukuman, pembinaan yang mengarahkan ke perkembangan yang wajar. Harus melewati proses itu kalau sudah terlanjur. Kalau sudah lepas dari masa rehab itu, ortu harus bisa menjauhkan dari lingkungan sosial yang membentuk dia seperti itu. Kuncinya keluarga dan orang tua,” papar Baihaqi.

Sembari orang tua berupaya, lanjut Baihaqi, guru juga harus sadar. Proses pembelajaran sekolah tidak hanya bertangungjawab mencerdaskan murid, tapi juga wali murid.

“Kalau ortu sibuk kerja ya sekolah punya kewajiban didik anak dan orangtua lewat program-program parenting. Karena kadang yang diajarkan di sekolah bentrok dengan kondisi keluarga, jadi perlu sinergi,” pungkasnya. (lta/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
34o
Kurs