Jumat, 22 November 2024

Prevalensi Serangan Jantung di Usia Kurang dari 40 Tahun Meningkat Setiap Tahun

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi penyakit jantung. Foto: Pixabay

Radityo Prakoso Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia mengungkapkan, gaya hidup tidak sehat seperti malas gerak (mager) dan kebiasaan merokok faktor pemicu peningkatan angka kasus penyakit jantung koroner di kalangan pemuda Indonesia di bawah usia 40 tahun.

“Terdapat peningkatan prevalensi serangan jantung pada usia kurang dari 40 tahun sebanyak dua persen setiap tahunnya, dari tahun 2000 sampai 2016,” ujarnya di Jakarta, Kamis (29/9/2022), dilansir Antara.

Menurutnya, peningkatan angka tersebut akibat dari prevalensi obesitas, darah tinggi, kebiasaan merokok, dan kolesterol tinggi di kalangan usia muda.

Penyakit jantung koroner, lanjutnya, terjadi karena ada sumbatan pada pembuluh koroner akibat deposit kolesterol atau inflamasi (peradangan).

Gaya hidup tidak sehat, sambung Radityo, menjadi penyebab paling umum penyakit jantung koroner di usia muda.

Maka dari itu, dia mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, berhenti merokok, berhenti makan makanan berlemak, berhenti konsumsi alkohol, dan rajin olah raga minimal 30 menit sehari.

Sementara itu, Eva Susanti Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, faktor risiko lain adalah konsumsi gula, garam, dan lemak yang tidak terkontrol.

Data Kemenkes menunjukkan 28,7 persen masyarakat Indonesia konsumsi gula, garam, dan lemak melebihi batas yang dianjurkan, yaitu gula sebanyak 50 gram per hari (4 sendok makan), garam sebanyak 2 gram (sendok teh), dan lemak sebanyak 67 gram (5 sendok makan).

Kemudian, Eva juga menyorot peningkatan prevalensi perokok pada kisaran umur 10 hingga 18 tahun.

“Terjadi peningkatan hampir 200 persen untuk yang merokok jenis elektrik,” katanya.

Kecanggihan teknologi dan kehidupan di daerah perkotaan, sambung Eva, cenderung memicu kebiasaan malas gerak.

Berdasarkan Global Burden of Desease dan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2014-2019, penyakit jantung menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes menunjukan tren peningkatan penyakit jantung yakni 0,5 persen pada 2013 menjadi 1,5 persen pada 2018.

Bahkan penyakit jantung menyebabkan beban biaya terbesar. Merujuk data BPJS Kesehatan pada 2021 pembiayaan kesehatan terbesar untuk penyakit jantung mencapai Rp7,7 triliun per tahun.(ant/dfn/rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
32o
Kurs