Sabtu, 23 November 2024

Presidensi P20 RI Hasilkan Chair’s Summary untuk Dunia yang Lebih Baik

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Puan Maharani Ketua DPR RI menutup P20 Summit, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (7/10/2022). Foto: Biro Pemberitaan DPR

Hari kedua pelaksanaan the 8th G20 Parliamentary Speakers’ Summit (P20), di Indonesia, Jumat (7/10/2022), menghasilkan outcome document berupa Chair’s Summary.

Walaupun tidak ada join statement, forum parlemen negara anggota G20 itu menghasilkan sejumlah pesan yang bisa jadi pijakan dunia dalam mengatasi berbagai persoalan global.

“Kami menyepakati tidak ada join statement. Tapi, semua pendapat dan masukan serta komitmen-komitmen dalam P20 sudah dicatat,” ucap Puan Maharani Ketua DPR RI, usai menutup P20 Summit di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Chair’s Summary tersebut didapat sesudah pimpinan parlemen G20 mengikuti empat sesi diskusi terkait isu-isu prioritas mulai dari pembangunan berkelanjutan, ekonomi hijau, ketahanan pangan dan energi serta tantangan ekonomi, hingga kesetaraan gender.

Menurut Puan, pesan dari P20 akan disampaikan kepada para pemimpin negara-negara G20.

“Sehingga, itu bisa menghasilkan rumusan kebijakan global yang bermanfaat dan bisa terimplementasikan secara konkret demi kemakmuran rakyat bersama,” imbuhnya.

Siang hari ini, Puan resmi menutup perhelatan P20 yang sekaligus mengakhiri keketuaan Indonesia di P20 pada tahun 2022.

Selama dua hari penyelenggaraan P20, para pimpinan parlemen negara anggota G20 berdiskusi dengan hangat dan konstruktif.

“Seluruh rangkaian acara telah berjalan dengan lancar selama dua hari ini. Kami berdiskusi mewakili suara rakyat global, serta menegaskan komitmen kami untuk dunia yang lebih baik,” tegas Puan.

Perhelatan P20 mengusung tema Stronger Parliament for Sustainable Recovery. Beberapa isu besar yang dibahas para pimpinan parlemen anggota G20 adalah terkait kerangka pemulihan global, pencapaian pembangunan berkelanjutan, dan upaya mengatasi berbagai tantangan global.

Pada kesempatan itu, Puan merinci beberapa hal yang menjadi perhatian peserta P20. Pertama mengenai penggunaan teknologi dan inovasi serta peningkatan peran SMEs yang lebih signifikan dalam global value chain untuk pemulihan ekonomi.

Kemudian terkait transisi energi serta pendanaan dan kerja sama guna pencapaian pembangunan berkelanjutan dan juga pengendalian perubahan iklim, khususnya dukungan bagi negara berkembang.
 
Lalu, soal diperlukannya penekanan pada realisasi komitmen yang telah dibuat dalam bentuk aksi nyata dalam pengendalian perubahan iklim.

Poin terakhir adalah tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan partisipasi pemuda sebagai bentuk dari social inclusion.

“Upaya itu harus tercermin dalam setiap proses pengambilan keputusan dalam struktur sosial, politik dan ekonomi masyarakat,” imbuhnya.

Puan yang menjadi chair pada setiap sesi diskusi mengatakan parlemen dunia sepakat penguatan peran parlemen merupakan solusi menghadapi situasi global yang sulit.

Dia bilang, parlemen yang kuat adalah kunci untuk mewujudkan demokrasi dan kesejahteraan rakyat dengan mengedepankan kerja sama dengan pemangku kepentingan yang lain.

“Para peserta mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam P20 Summit di mana semua pihak dapat duduk bersama, terbuka dan berdialog memecahkan masalah global. Kerja sama tidak hanya antarpemerintah, namun juga parlemen, swasta, akademisi, dan masyarakat sipil,” terangnya.

Mantan Menko PMK ini menambahkan, seluruh negara anggota G20 hadir digelaran P20 di Indonesia.

Ada 19 perwakilan pimpinan parlemen negara G20 datang untuk mewakili suara rakyat global dan menyampaikan aspirasi agar adanya harapan baru dalam tata dunia yang lebih sejahtera bagi masyarakat internasional.

P20 juga mengundang perwakilan organisasi internasional serta peninjau dari negara-negara di luar G20.

“Dari hasil diskusi, semua negara G20 dan tamu-tamu negara yang datang berkomitmen bekerja bersama menciptakan perdamaian dunia. Kami juga berkomitmen memberikan harapan baru bagi dunia internasional supaya dunia penuh kesejahteraan sosial, tanpa saling membedakan antara yang kaya dan miskin, tidak membedakan laki dan perempuan, dan bagaimana kemudian semua negara merasakan manfaat dari kebersamaan dunia global yang ada,” paparnya.

Pertemuan P20 juga membawa harapan pascapandemi Covid-19, tidak ada satu negara pun yang akan ditinggal. Puan menyebut, parlemen negara G20 sepakat saling bekerja sama mengatasi persoalan-persoalan global.

“Artinya semua negara saling membantu karena tidak akan mungkin satu negara bisa survive pascapandemi Covid-19 di bidang ekonomi, perdagangan dan sosial, kalau hanya sendirian,” sebutnya.

Parlemen-parlemen G20, lanjut Puan, juga menyepakati komitmen terkait pasokan energi dan ketahanan pangan.

Forum internasional itu pun menghasilkan komitmen menuju tahun 2023, tidak ada negara yang kesulitan mendapatkan pangan bagi rakyatnya.

“Kami mendukung mendorong agar jangan sampai dalam masalah keamanan, keselamatan dan urusan pangan ini, kemudian perempuan dan anak menjadi korban yang terbesar. Semua kami sampaikan tentu saja dengan cara dan pandangan yang berbeda beda. Dalam semua sesi kami menyepakati tidak ada negara yang saling menyerang, tidak ada negara yang saling menyalahkan,” imbuh cucu Bung Karno Proklamator RI itu.

Dskusi dalam forum P20, menurut Puan, mempersilakan semua negara menyatakan pendapatnya sesuai dengan harapan, cita-cita serta tujuan negara masing-masing.

Kemudian, pertemuan parlemen G20 turut membahas konflik Rusia dan Ukraina sekali pun bukan dalam forum khusus.

“Walau tidak tercapai kesepakatan soal Rusia dan Ukraina, tapi DPR RI berhasil mendudukkan dua pimpinan parlemen Rusia dan Ukraina. Mudah-mudahan itu jadi awal dialog berikutnya menuju perdamaian Rusia dan Ukraina,” harap Puan.

Sekadar informasi, Outcome document berupa Chair’s Summary akan dibawa ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan digelar bulan November mendatang di Bali di mana Indonesia memegang presidensi.

Poin-poin yang tertuang dalam outcome document merupakan wujud komitmen bersama para pemimpin parlemen negara-negara G20 yang akan menjadi masukan dalam KTT G20.

Selain itu, Chair’s Summary akan menjadi rujukan bagi parlemen negara-negara G20 dalam menyusun legislasi sekaligus menjadi referensi bagi pelaksanaan pertemuan P20 tahun 2023 yang akan dipimpin Parlemen India.

Berikut catatan dalam outcome document hasil P20 Summit di Indonesia:

1. Multilateralisme merupakan kanal paling efektif untuk mengatasi ragam tantangan global bersama.

2. Perang dan konflik bersenjata merupakan ancaman atas keamanan dan tatanan global serta membawa dampak negatif terhadap ketahanan pangan, ketahanan energi, dan perekonomian global.

3. Mendesak negara-negara G20 untuk melipatgandakan upaya dalam mengatasi perbedaan, mempromosikan perdamaian, dan memperkuat pemulihan ekonomi.

4. Perlunya sarana pembiayaan yang efektif dan inovatif, termasuk keuangan campuran, untuk membantu mempersempit kesenjangan keuangan SDG.

5. Perlunya ekonomi digital yang inklusif, terbuka, adil, dan tidak diskriminatif dan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan penanganan perubahan iklim.

6. Pentingnya realisasi komitmen negara-negara maju untuk segera memenuhi target USD 100 miliar/tahun hingga 2025 serta komitmen untuk transfer teknologi ke negara-negara berkembang.

7. Urgensi kesetaraan gender yang dapat mewujudkan kemakmuran yang lebih besar dan pembangunan berkelanjutan untuk semua.

8. Parlemen yang kuat adalah kunci bagi demokrasi yang kuat dan untuk memastikan bahwa kesejahteraan dan kesejahteraan warga negara berada di pusat pembuatan kebijakan dan legislasi.(rid)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs