Yoon Suk Yeol Presiden Korea Selatan (Korsel) meminta maaf atas peristiwa kecelakaan saat perayaan Halloween di Itaewon, Seoul yang menyebabkan korban jiwa.
Presiden Yoon menyampaikan permintaan maaf dalam sebuah pertemuan pada Senin (7/11/2022) yang bertujuan untuk meninjau aturan keselamatan, di tengah situasi negara yang masih berduka atas meninggalnya para korban tragedi. Penyelidikan sedang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana respons otoritas terhadap kecelakaan itu.
“Saya minta maaf kepada para keluarga yang berduka dan menderita akibat tragedi yang amat buruk ini, dan kepada orang-orang yang sama-sama merasa sakit dan sedih,” ujar Yoon.
Saat meminta maaf, Yoon berjanji untuk meminta pertanggungjawaban setiap pejabat yang terbukti harus bertanggung jawab atas respons yang ceroboh dan akan mereformasi sistem manajemen kepolisian dan keselamatan.
“Saya tidak bisa membandingkan kesedihan saya dengan para orang tua yang kehilangan anak laki-laki dan perempuan mereka, tetapi sebagai presiden yang seharusnya melindungi nyawa dan keselamatan rakyat, saya merasa sedih,” katanya.
Polisi telah menghadapi banyak kritik publik atas respons mereka terhadap tragedi tersebut, setelah hanya mengirim 137 petugas ke lokasi kejadian meski sebelumnya memperkirakan 100 ribu orang akan berkumpul.
Pada pekan lalu, sejumlah transkrip dari beberapa panggilan darurat yang dilakukan beberapa jam sebelum kecelakaan menunjukkan bahwa orang-orang telah memperingatkan kemungkinan kecelakaan dan mendesak perlunya intervensi dari petugas berwenang.
Yoon awalnya menganggap penanganan yang buruk oleh otoritas disebabkan oleh kurangnya manajemen massa dan aturan keselamatan di negara itu. Namun, menyusul laporan transkrip panggilan tersebut, dia dengan keras menegur kepolisian dan meminta maaf kepada para korban dan masyarakat umum Korsel.
Dalam pertemuan untuk meninjau aturan keselamatan pada Senin (7/11/2022) tersebut, Presiden Korsel berjanji untuk merombak sistem manajemen keselamatan nasional, melakukan penyelidikan secara menyeluruh dan mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas kegagalan penanganan situasi tersebut.
“Secara khusus, reformasi besar-besaran dibutuhkan dalam pekerjaan polisi yang penting untuk mempersiapkan kemungkinan bahaya dan mencegah kecelakaan, dalam rangka melindungi keselamatan rakyat,” kata Yoon.
Tragedi Halloween pada 29 Oktober itu menewaskan 156 orang, yang sebagian besar berusia sekitar 20-30 tahun. Peristiwa itu juga mengakibatkan 197 korban luka saat pengunjung pesta membanjiri gang-gang sempit di distrik Itaewon yang terkenal dengan kehidupan malamnya untuk merayakan festival Halloween pertama yang bebas dari pembatasan pandemi Covid-19 setelah tiga tahun.(ant/gat/ipg)