Jadikan Bambu Indonesia bahan penelitian doctoral thesis (S3) di The University of Sheffield-United Kingdom, Inggris, dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari pemerintah RI, Esti Asih Nurdiah, S.T., M.T., dosen Arsitektur UK Petra Surabaya buktikan bambu Indonesia bermanfaat besar untuk Arsitektur.
“Saya memang tertarik dengan bambu. Dan bambu di Indonesia ini semakin menarik hati saya untuk diteliti sebab dalam dunia Arsitektur masih jarang yang meneliti secara khusus seberapa dalam kurva lengkungan yang bisa dibuat oleh bambu menjadi struktur gridshell tanpa melukai batangnya, ” terang Esti Asih Nurdiah, Jumat (7/1/2022).
Bambu yang banyak ditemui dan tumbuh di Indonesia membuat Esti pun harus terbang kembali ke tanah air untuk menguji material dan pembangunan modelnya. “Kampus menjadi tempat uji bambu thesis doktoral saya, dan saya bekerja sama dengan Sahabat Bambu sebagai penyedia material bambu dan tukang ahli bambu,” tambah Esti.
Esti membuat dua model bangunan yaitu struktur cangkang di area kampus Timur UK Petra. Model bangunan pertama berukuran 10.80 x 10.80 meter dengan bahan bambu bulat. Sedangkan model kedua berukuran 8.40 x 8.40 meter dengan bahan bambu bilah. Esti yang dibantu para mahasiswa prodi Arsitektur saat ini memasuki proses pembebanan untuk melihat sampai mana kekuatan bambu yang dibentuk menjadi struktur gridshell. Bambu yang tumbuh di tanah air ini jenisnya sangat banyak. Esti menggunakan bambu jenis apus (Gigantochloa apus) dan bambu petung (Dendrocalamus asper).
Proses penyatuan untuk model bangunan pertama dengan melengkungkan batang bambu yang dibantu dengan teknik pemanasan. Sedangkan pendirian bangunan model kedua dengan mengangkat jalinan bilah bambu kemudian mendorong di posisi empat sudut bangunan hingga membentuk bangunan melengkung seperti dome. Pembebanannya menggunakan paving block satu persatu di beberapa titik yang secara perlahan diberikan beban sedikit demi sedikit agar bisa diketahui sampai mana kekuatan jalinan bambu tersebut.
Esti merinci, bambu Indonesia sebenarnya merupakan bahan yang mudah untuk dipanen. Hanya dengan waktu tiga hingga lima tahun, bambu ini bisa dipanen atau langsung digunakan. Jika ingin bertahan lama maka harus melalui proses pengawetan terlebih dahulu. Proses pengawetan ini untuk membunuh serangga dan jamur yang biasanya membuat bambu ini menjadi tidak bertahan lama. Pengawetan bisa dilakukan secara tradisional dan kimia.
Menurut Esti, yang mengajar mata kuliah Struktur Bangunan Rendah dan Struktur Bangunan Tradisional ini mengatakan bahwa potensi bambu Indonesia sangat besar digunakan sebagai bahan Arsitektur. “Bambu Indonesia memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai struktur bangunan dengan bentuk lengkung. Kekuatan bambu telah teruji dan membutuhkan desain dan teknik konstruksi yang tepat agar bisa membentang dan menaungi ruang yang besar,” pungkas Esti.(tok/iss)